Bunda dan Dekapannya Menyisipkan Lecutan Perjuangan

Bunda dan dekapannya menyisipkan lecutan perjuangan. Tak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Sejatinya Allah tidak membedakan keduanya, kepada mereka diberi bekal yang setara sebagai manusia.

Tercipta sebagai perempuan, mengambil peran sebagai ibu bagi anak-anak adalah bagian dari kehidupan. Relakah itu untuk diemban? Walaupun pilihan itu tidak serta merta mudah untuk dijalankan.

Menjadi perempuan bukanlah ketetapan yang bias keadilan. Menjadi perempuan bukanlah posisi kalah atau menang dibandingkan laki-laki. Senyatanya itu adalah anugerah. Zamanlah yang kadang memberlakukan tidak adil itu, bukan sang pencipta.

Bunda, ibu adalah perempuan yang dengan hatinya mudah iba dan mengalah. Sehingga tampak lemah dalam setiap pertikaian dan konflik kehidupan. Betapa banyak perempuan yang dengan kelemahannya justru menjadi penopang kehidupan seluruh keluarganya. Ia mengokohkan hatinya untuk terus hidup dan bahagia dengan pilihannya menanggung beban hidup sambil terus mengobarkan seluruh kekuatannya.

Sikap kita kepada perempuan, itu yang terkadang mendua. Kita salahkan mereka untuk sebuah kealfaan yang kadang bukan salah mereka. Kita timpakan hukuman untuk kesalahan yang tidak pernah ada. Hanya karena ia perempuan.

Betapa banyak kasus ketidakadilan pada perempuan, yang dengan itu mengebiri kemerdekaannya untuk memperjuangkan hak diri dan keluarganya.

Tahukan Anda wahai dunia, bunda adalah perempuan dengan segenap jiwanya mengasihi kita. Dengan segudang kekurangan dirinya, ia rela bersusah dan berurai air mata bagi kebahagiaan dan kesulitan dalam hidup kita.

Kelak ketika mereka semakin renta, akan kita tempatkan mereka dimana? Adakah istana bertahta mutiara telah kita siapkan untuk mereka. Menapaki hari tuanya dengan segala keindahan dunia. Seandainya bisa.

Sampai saatnya kelak kita yang hidup hari ini berkeluarga, dan menggantikan bunda yang dulu mengasuh kita. Mulai detik itu kita baru sadar, bunda selalu ada untuk kita. Bunda selalu berpeluh untuk buah hatinya.

Kuingin tetap nyaman bergerak, bergegas bergulat dengan keseharian di tengah keriuhan anak-anak. Pantaskah kita mengatakan, kita lebih hebat dari bunda. Seandaninya bisa.

Bunda…..pelukanmu selalu hangat.

Bunda dan dekapannya menyisipkan lecutan perjuangan.***

Salam penuh cinta dan penghargaan untuk bunda yang selalu kokoh menapaki dunia bagi kami buah hatinya, Bunda Masyitoh (Mamah)

Post Your Thoughts