Cegah sarkopenia pada lansia segera jangan sampai terlambat. Agar terhindar dari proses penuaan dini pada otot di usia lanjut. Terlebih proses penuaan ini sangat bergantung pada gaya hidup
Sarkopenia berasal dari bahasa Yunani sarx (otot) dan penia (kehilangan). Berarti sarkopenia adalah kehilangan massa otot. Patologi penyakit ini pertama kami diperkenalkan oleh Irwin Rosenberg pada tahun 1988.
Sarkopenia bukanlah penyakit biasa tetapi lebih pada kumpulan gejala, yang dalam medis dikenal sebagai sindrom. Sarkopenia ditandai dengan gejala-gejala berkurangnya massa tulang dan kekuatan tulang secara progressif dan menyeluruh. Pada pasien akan terlihat adanya inaktivitas fisik, berkurangnya mobilitas atau pergerakan, berjalan dengan lambat dan endurasi fisik yang semakin rendah.
Sarkopenia adalah sindrom kompleks yang muncul dengan penyebab multifaktorial. Walaupun sarkopenia umumnya ditemukan pada usia diatas 40 tahun, namun dewasa muda dapat terkena sindrom ini. Faktor penyebabnya antara lain: kelainan pada fungsi susunan saraf sentral maupun tepi, kondisi hormonal, status gizi, keadaan imunologi, aktifitas fisik yang kurang, dll.
Berdasarkan The European Working Group on Sarcopenia in Older People (EWGSOP) bahwa diagnosis sarkopenia dapat ditegakkan bila ditemukan dua dari tiga kriteria berikut, yaitu: massa otot yang rendah, kekuatan otot buruk, dan performa fisik terbatas.
Kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan turunnya tingkat kemampuan fisiologis terutama kardiovaskular dan muskuloskeletal yang lebih memperberat sindrom sarkopenianya.
Pencegahan sarkopenia dan penatalaksanaan sindrom ini akan memperaiki kualitas hidup lansia. Karena sifatnya multifaktorial, maka terapi terhadap sarkopenia juga perlu dilakukan secara hoslitik.
Upaya pencegahan terhadap sindrom sarkopenia dapat dilakukan dengan konsumsi makanan berprotein, dan mengantung vitamin dan mineral yang cukup, serta olahraga teratur.
Zat nutrisi yang berperan dalam mencegah sarkopenia adalah protein, vitamin D, antioksidan, selenium, vitamin E dan C. Protein merupakan kandungan nutrisi yang penting dalam penanganan sarkopenia, terutama protein yang mengandung asam amino esensial.
Kandungan vitamin D juga menunjang pencegahan sarkopenia. Sumber vitamin D dapat diperoleh pada ikan salmon, ikan tuna, dan makarel. Paparan sinar matahari juga bermanfaat sebagai sumber vitamin D.
Aktifitas fisik merupakan faktor pencegahan sarkopenia yang penting. Mengapa? karena aktifitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan cara meningkatkan massa dan kapasitas metabolik otot.
Aktifitas fisik pada lansia dapat dilakukan dengan metode latihan intensitas tinggi dengan interval (HIIT). Selama ini latihan fisik HIIT lebih banyak digunakan untuk penguatan sisitem kardiovaskular dan respirasi. Ternyata metode HIIT bermanfaat juga dalam memperbaiki sistem muskuloskeletal, seperti sarkopenia.
Latihan intensitas tinggi dengan interval (HIIT) dapat dilakukan dalam bentuk olahraga lari, renang, lompat, hiking, dan bersepeda. Yang terpenting adalah latihan fisik ini dilakukan dengan intensitas tinggi dan diseleingi dengan interval atau active rest. Latihan intensitas tinggi pada aktifitas fisik tetap perlu mempertimbangkan aspek keamanan bagi lansia saat melakukannya.
Agar aktifitas latihan fisik dengan intensitas tinggi dapat dinikmati lansia, maka latihan dimulai dengan perlahan, terutama pada mereka yang memiliki masalah osteoporosis. baru kemudian intensitas dinaikkan setahap demi setahap.
Ada baiknya sebelum melakukan latihan fisik, apalagi dengan model HIIT dilakukan konsultasi dengan dokter untuk menentukan kesiapan latihan dan olahraga yang cocok pada kondisi saat itu. Maka cegah sarkopenia pada lansia segera sebelum terlambat.
Post Your Thoughts