Covid-19 dan Angka Kemiskinan Global

Covid-19 dan angka kemiskinan global. Pandemi Covid-19 sudah berjalan satu tahun. Belum ada tanda-tanda mereda. Kasus Covid-19 masih terus bermunculan di berbagai tempat di seluruh dunia. Berbagai upaya telah diupayakan banyak negara. Mulai dari proteksi diri, pembatasan perjalanan, penutupan akses ke satu wilayah, penutupan tempat-tempat umum, penutupan sekolah dan universitas dari kelas tatap muka, mengembangan pola terapi dan penemuan vaksin.

Adakah pandemi tuntas diatasi? Belum ada yang bisa menjawabnya. Roda perekonomian masyarakat kian melambat. Dampaknya terasa mulai dari lingkup keluarga, negara hingga dunia. Baik negara maju maupun negara berkembang mengalami penyusutan kegiatan ekonomi.

Semasa pandemi berlangsung hampir seluruh kepala negara berkonsentrasi mengendalikan wabah ini. Kegiatan pembangunan beralih fokusnya. Kondisi ini berpengaruh pada upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa? Karena biaya untuk mengatasi wabah Covid-19 mengambil porsi keuangan negara yang sangat besar, berkali lipat dibandingkan anggaran pemulihan kemiskinan di masyarakat.

Kondisi kemiskinan dunia melalui laporan Multidimensional Poverty Indeks (MPI) 2020 mengungkapkan bahwa kondisi akibat Covid-19 telah mengembalikan tingkat kemiskinan 70 negara berkembang di dunia kembali ke kondisi 3-10 tahun lalu.

Angka kemiskinan dunia yang meningkat ini seiring dengan penurunan produk domestik bruto (PDB) per kapita. PDB adalah keseluruhan nilai pasar dari produk barang dan jasa yang dihasilkan sebuah negara dalam periode tertentu. PDB mewakili nilai pendapatan sebuah negara dalam satu tahun.

Dengan kondisi pandemi di tahun 2020 ini, Bank Dunia memperhitungkan ada  40 – 60 juta orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim dibandingkan tahun 2019. Artinya mereka bertahan hidup hanya dengan uang kurang dari 1,9 dollar AS per hari. Itu sama dengan Rp. 24.700 untuk hidup satu hari.

Karakterisktik penduduk dengan kemiskinan ekstrim biasanya tinggal di daerah pedesaan, berpendidikan rendah, bekerja di sektor pertanian, dan berusia di bawah 18 tahun. Banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan untuk mengangkat mereka dari kubangan kemiskinan.

Pergerakan ekonomi harus berjalan dan menyentuh lapisan kehidupan masyarakat miskin. Mereka perlu mendapatkan pendidikan agar mampu bekerja dan sejauh mungkin mempertahankan lapangan pekerjaan bagi mereka di pedesaan, dll.

Ada baiknya kita juga mengetahui bagaimana Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan ekstrim ini. Data kemiskinan ini diperolah dari fakta di lapangan mencakup tentang seberapa terpenuhinya akses untuk sekolah, kebutuhan pelayanan kesehatan, akses listrik, akses air bersih oleh orang-orang miskin di satu negara. Intinya ketika masyarakat masih sulit mendapatkan kebutuhan dasar bagi kehidupannya, disanalah kemiskinan ekstrim akan tumbuh.

Ternyata masih banyak pekerjaan rumah buat kita. Jangan pernah menyerah. Covid-19 dan angka kemiskinan global.***

Post Your Thoughts