Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Keinginan Bunuh Diri di Jepang dan Korea Selatan

Dampak pandemi Covid 19 terhadap keinginan bunuh diri di Jepang dan Korea Selatan sangat besar. Berdasarkan data stastitik di Korea Selatan terdapat angka keinginan bunuh diri yang meningkat tajam semasa pandemi saat ini. Dalam catatan pemerintah di semester pertama tahun 2020 terdapat 36% penambahan jumlah orang yang sengaja melukai dirinya. Fakta lainnya adalah ada lebih dari 500 ribu orang yang dirawat karena kondisi depresi dan tingkat bunuh diri pun meningkat.

Semasa pandemi muncul fenoma kesehatan mental yang memburuk di Korea Selatan. Kondisi kesehatan mental pada wanita jauh lebih buruk. Wanita mempunyai kecenderungan untuk berpikir bunuh diri 1,5 kali dibanding pria. Jika dibandingkan dengan data tahun 2019 ternyata wanita yang berusia sekitar 20-an di Korea Selatan di saat pandemi ini memiliki keinginan bunuh diri 5 kali lebih tinggi dibanding wanita kelompok usia lainnya.

Meningkatnya angka bunuh diri juga terjadi di Jepang. Jumlah kejadian bunuh diri di bulan Oktober 2020 tercatat 2.153. Ini merupakan angka bunuh diri tertinggi per bulan sepanjang lima tahun terakhir. Wanita Jepang berusia dibawah 29 tahun menempati angka bunuh diri tertinggi.

Apakah ada keterkaitan antara kondisi pandemi dengan peningkatan keinginan bunuh diri di kalangan wanita muda Jepang dan Korea Selatan?

Seorang ahli yang mempelajari fenomena bunuh diri adalah Prof. Michiko Ueda dari Universitas Waseda. Ia mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi di masa pandemi menjadi salah faktor mendorong kejadian bunuh diri ini.

Semasa pandemi jalannya roda ekonomi tersendat. Banyak aktifitas bisnis travel, makanan, cafe dan restoran serta perdagangan retail terpuruk. Pekerja di bisnis ini lebih banyak wanita. Mereka bahkan seringkali bekerja sebagai pekerja kontrak atau pekerja harian. Di masa pandemi mereka kehilangan mata pencarian.

Ada fenomena lain yang menarik untuk disimak. Ternyata ketika sebagian besar orang harus tinggal di rumah, tidak membuatnya nyaman. Banyak di antara mereka memiliki persoalan dengan orang-orang di rumah. Berdiam di rumah justru menambah rasa kesepian dan beban psikologis.

Kondisi pandemi menyebabkan banyak orang melakukan isolasi, menghindari pertemuan sebagai bagian dari protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid 19. Di balik ini semua kondisi terisolasi menjadi bahaya tersembunyi bagi seseorang dengan kesehatan mental yang rapuh.

Kondisi isolasi menambah rasa kesepian. Akhirnya membuat mereka tidak tahu harus melakukan apa dengan hidupnya. Keputusasaan membuat mereka segera memutuskan tindakan bunuh diri.  

Layanan hotline pencegahan bunuh diri di Seoul, Korea Selatan telah mencapai rekor tertinggi jumlah panggilan telepon semasa pandemi. Nyatanya kondisi pandemi telah menyisakan efek yang tidak terbayangkan akibat pemisahan kontak sosial berkepanjangan.***

Dampak pandemi Covid 19 terhadap keinginan bunuh diri di Jepang dan Korea Selatan.***

Sumber: deutche welle (2020), washington post (2020)

Post Your Thoughts