Kisah nyata kematian tragis akibat bunuh diri dari data riset Korea Selatan. Riset ini dilakukan oleh Korean Psychological Autopsy Center (KPAC). Lembaga ini bernaung dibawah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.
Data yang dipergunakan untuk riset ini berasal dari Biro Statistik terkait kejadian bunuh diri dari tahun 2013 sampai 2017 mencakup 70 ribu kasus. Data lainnya diambil dari rekaman data kasus bunuh diri dari 254 kantor kepolisian dan database asuransi kesehatan nasional Korea Selatan.

Tingginya angka kejadian bunuh diri di Korea Selatan telah mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus untuk mencegah bunuh diri di masyarakat. Kebijakan ini diterbitkan pada tahun 2012 dengan nama “The Act on the Prevention on Suicide and the Development of a Life Savings Culture”
Upaya mencegah kejadian bunuh diri tidak mudah. Kejadian bunuh diri adalah masalah kompleks dan banyak faktor penyebabnya. Investigasi mencari penyebab utama kejadian bunuh menjadi tantangan awal, sebelum para ahli dapat merekomendasikan langkah-langkah untuk mencegahnya.
Demikian banyak faktor yang menyebabkan kejadian bunuh diri, maka riset ini dibagi berdasarkan wilayah. Sehingga nanti dapat dipetakan apa saja karakteristik kejadian bunuh diri pada tiap wilayah. Ada 17 wilayah penelitian sesuai dengan pembagian wilayah Korea Selatan. Nantinya strategi pencegahan bunuh diri pun bisa dirumuskan berdasarkan karakteristik yang ada di wilayahnya masing-masing.

Data kasus bunuh diri dari berbagai sumber dianalisa untuk mendapatkan karakteristik secara demografi, penyakit yang menyertai kejadian bunuh diri, kondisi sosial ekonomi para korban dan analisa hasil interview dari para keluarga korban.
Faktor penyebab bunuh diri dianalisa secara khusus oleh tim psikologi forensik yang memiliki keterampilan otopsi psikologi. Kegiatan otopsi psikologi dilakukan dengan metode ilmiah untuk mengungkap penyebab kematian yang diduga bunuh diri dan dianalisa dari data riwayat kasus bunuh diri (retrospective information).
Fakta-fakta yang ditemukan dari hasil riset ini cukup lengkap dan sedikit mengejutkan.
Pertama kejadian bunuh diri berlangsung di tempat yang jauh dari tempat mereka tinggal. Jadi pelaku bunuh diri akan melakukan perjalanan ke luar wilayahnya untuk bunuh diri.
Kedua mereka yang berusia di bawah 19 tahun melakukan bunuh diri karena kondisi depresi.
Ketiga kondisi gangguan mental mengarah pada schizophrenia adalah penyebab bunuh diri pada mereka yang berusia 20 – 65 tahun
Keempat mereka yang telah berusia 65 tahun kebanyakan bunuh diri karena ketergantungan pada minuman beralkohol.
Hasil ini memberikan masukan kepada pemerintah, bagaimana menyiapkan upaya pencegahan pada kelompok usia yang berbeda. Mereka memiliki permasalahan khusus di masing-masing rentang usianya.
Sedemikian rumitnya permasalahan bunuh diri, hasil riset ini masih belum bisa menemukan keterkaitan antara kejadian bunuh diri dengan faktor-faktor ekonomi yang yang mewarnai berbagai kasus bunuh diri.

Tim riset mengharapkan ada studi lanjutan yang bisa menjelaskan apakah pekerjaan atau status kepegawaian, adanya hutang atau sebaran penghasilan untuk kelompok pekerja memberikan pengaruh pada keinginan bunuh diri.
Kisah nyata kematian tragis akibat bunuh diri dari data riset Korea Selatan.***
Sumber: Design and methods of the Korean National Investigations of 70.000 suicide victims through police records – the KNIGHTS study (Euin jin Na et.al., 2019)
Post Your Thoughts