Kisah Wafatnya Hamzah Paman Nabi dan Duka Atas Kematiannya

Kisah wafatnya Hamzah paman nabi dan duka atas kematiannya terjadi pada saat perang Uhud. Perang Uhud terjadi gegap gempita, banyak yang gugur dan menjadi syuhada. Ini adalah salah satu momen duka yang dialami Nabi Muhammad SAW karena gugurnya Hamzah.

Ikatan batin antara Nabi dan Hamzah sangat erat. Ikatan ini sudah terjalin sebelum peritiwa kenabian. Hamzah adalah paman, sahabat dan juga saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW. Hamzah selalu hadir sebagai pembela kebenaran yang dibawa beliau.

Setelah beliau diangkat sebagai Nabi. Para petinggi kafir Quraisy yang semula mengagumi dan mempercayai Nabi karena sifatnya yang mulia, kini berbalik memusuhi. Mereke malakukan apa saja untuk menzalimi Nabi. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah Nabi menyampaikan kebenaran Islam di tengah-tengah kaumnya.

Hamzah Ketika dalam satu perjalanan menuju Ka’bah Hamzah sempat mendengar kabar bagaimana perlakuan kaum kafir Quraisy kepada Nabi. Seorang budak perempuan menceritakan keadaan Nabi kepadanya: “Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kamu melihat apa yang dialami keponakanmu. Muhammad bin Abdullah, niscaya kau tidak membiarkannya. Ketahuilah, Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu hingga akhirnya, ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya.”

Berita ini benar-benar membuat Hamzah mendidih hatinya. Segera kemudian Hamzah menyadari apa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW. Hamzah pun bersegera masuk Islam.

Hamzah lalu mencari Abu Jahal dan kawan-kawannya di tempat mereka biasa berkumpul. Segera Hamzah menghantamkan busur panah yang dibawanya kepada Abu Jahal berkali-kali, hingga dahinya berdarah. Hamzah membentak Abu Jahal, “Mengapa engkau memaki dan mencederai Muhammad? Tahukah engkau bahwa aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya. Sekarang coba ulangi makian dan cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani.”

Peritiwa ini hampir memicu perkelahian antara keduanya. Namun segera Abu Jahal mengakui apa yang telah dilakukannya kepada Nabi Muhammad SAW. Sejak itu Hamzah menjadi pembela setiap aktifitas dakwah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan ia sangat setia kepadanya.

Gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW dan berbagai peristiwa sepanjang dakwah ini telah membuat seorang perempuan Quraisy bernama Hindun sangat membenci dan menaruh dendam pada hamzah. Hindun telah kehilangan ayah dan saudaranya yang tewas di tangan Hamzah di masa perang Badar. Ia lantas merekrut seorang budak Habsyi bernama Wahsyi, yang pintar menggunakan tombak sebagai senjata, yang nanti diberi tugas khusus membunuh Hamzah.

Pada saat berkobar perang Uhud di tahun ketiga hijriyah. Banyak para sahabat Nabi Muhammad SAW gugur, termasuk Hamzah dan Nabi pun terluka. Setelah perang usai, jenazah Hamzah ditemukan dalam kondisi tubuhnya tercabik-cabik sedemikian rupa. Nabi Muhammad SAW sedih dan sempat merasakan amarah dalam dadanya, sehingga beliau mengatakan: “Belum pernah aku pernah menyaksikan peristiwa yang membangkitkan rasa amarah seperti saat ini. Demi Allah, jika suatu ketika nanti Allah memberikan kemenangan kepada kami dalam menghadapi mereka (kaum musyrikin), akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab.”

Jenazah Hamzah dalam kondisi rusak ketika ditemukan. Di perang Uhud Hamzah terbunuh oleh tombaknya Wahsyi. Setelah itu Hindun masih melampiaskan dendamnya dengan merobek dada Hamzah yang sudah gugur dan mengambil jantungnya dan mengunyahnya.

Peristiwa tewanya Hamzah, memang membuat Nabi Muhammad SAW sedih dan sempat memicu amarah. Dalam kondisi kekejaman seperti, munculnya kesedihan dan amarah itu dapat difahami. Namun Allah SWT sangat menyayangi Nabi. Segera wahyu Allah turun memperingatkan beliau pada Al-Qur;an surat an-Nahl ayat 126-127:

“Jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Namun jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar. Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.

Peristiwa perang Uhud yang menyedihkan dan membuat duka bagi Nabi Muhammad SAW tetap membuat beliau memilih untuk bersabar. Akhirnya semua jenazah para syuhada yang gugur dalam perang ini dikumpulkan di dekat jenazah Hamzah, lalu dishalatkan dan dimakamkan. Sebanyak 70 orang syuhada telah gugur dalam perjuangan dakwah ini.

Kisah wafatnya Hamzah paman nabi dan duka atas kematiannya.***

Sumber: Kisah Duka Rasul dan Kekejian Jahiliyah, Republika 9 Agustus 2020

Post Your Thoughts