Mengapa anak muda di korea selatan memilih bunuh diri? Sebuah ironi terjadi di negara maju seperti Korea Selatan adalah tingginya angka bunuh diri pada anak-anak muda. Banyak masalah sosial yang terjadi dan negara ini sudah sejak lama berjuang mengatasinya dengan berbagai cara.
Dalam masa dua dekade terakhir peristiwa bunuh diri di kalangan anak mudah Korea Selatan terjadi pada anak-anak sekolah maupun di dunia kerja. Berikut data hasil studi mengungkap fenomena bunuh diri di kalangan anak-anak sekolah dan berbagai kondisi yang mendorong tindakan bunuh diri.
Dalam studi ini ditemukan bahwa ada keterkaitan kuat antara kondisi depresi yang dialami anak-anak sekolah dengan tindakan bunuh diri. Anak-anak yang mengalami depresi, ketika tidak ditangani segera akan menjerumuskan mereka pada tindakan nekat ini.
Mengapa anak sekolah Korea Selatan mengalami depresi? Kondisi sosial dan kemajuan ekonomi negara ini telah menciptakan kompetisi tinggi di sekolah maupun di dunia kerja. Banyak para orang tua yang mendambakan anaknya memenangkan kompetisi ini sejak usia dini.
Orang tua berjibaku bekerja dan menabung untuk biaya sekolah anak-anak mereka. Hingga keinginan menyekolahkan anak-anak ke luar negeri sejak mereka kecil dilakukan, meski untuk itu semua mereka harus mengeluarkan biaya tinggi.
Sekolah menjadi dunia kompetisi tiada henti. Setiap anak berlomba meraih peringkat tertinggi di setiap pelajaran. Mereka biasa berlama-lama di sekolah, perpustakaan dan di tempat-tempat kursus untuk mencapai itu semua. Hingga pulang ke rumah jelang waktu makan malam. Selepas itu mereka masih menyiapkan untuk tes dan ujian di sekolah. Banyak dari mereka yang mengorbankan jatah tidur malamnya agar bisa bersiap dengan segala tuntutat mendapatkan prestasi tertinggi.
Masa-masa ujian dan penerimaan masuk ke sekolah pada jenjang lebih tinggi menciptakan stress pada anak-anak. Semantara banyak anak-anak yang mendapati orang tua mereka tidak menjadi tempat pelipur lara, tidak ada tempat mereka untuk mengadu. Orang tua hanya fokus pada tuntutan agar anaknya beprestasi, tidak mau menyelami penderitaan anak-anak di Sekolah.
Dalam studi ini terungkap bahwa anak-anak mengalami banyak problem di sekolah. Problem ini bisa berasal dari teman-temannya (37%), kelompok bermainnya (26%), dan urusan akademik (22%). Sebagian besar anak-anak depresi ini membicarakan masalahnya dengan teman dekat, bukan kepada guru atau orang tua mereka.
Ketika kondisi depresinya tidak segera tertangani dengan mudah mereka memutuskan untuk bunuh diri. Nyatanya ada 63% anak yang sudah memutuskan bunuh diri tidak mencoba mencari bantuan orang lain. Ini masa yang sangat berbahaya, karena dalam waktu singkat mereka akan benar-benar bunuh diri.
Ada 3 masalah utama yang mendorong mereka memilih bunuh diri, yaitu masalah keluarga, masalah akademik di sekolah dan hubungan dengan teman-temannya. Masalah keluarga Korea Selatan dengan meningkatnya perceraian berdampak pada anak-anak, tindakan kekerasan dalam keluarga, dan kemiskinan menjadi catatan penting dalam kasus bunuh diri anak-anak sekolah.
Kejadian bullying juga menjadi isu yang mencuat di kalangan anak-anak sekolah Korea Selatan. Dalam satu survei yang dilakukan tahun 2012 kepada 1,5 juta anak sekolah mulai dari sekolah dasar hingga menengah ada sekitar 1 dari 10 anak korea mengalami kekerasan dari teman-teman sekolahnya hingga mendapat luka fisik.
Pemerintah Korea Selatan menyadari fenomena yang terjadi. Perubahan sosial di sekolah dan keluarga menjadi agenda yang perlu dilakukan. Suasana hangat dan nyaman dibutuhan agar anak-anak dengan depresi dapat mengeluhkan masalahannya dan mendapat terapi segera. Bunuh diri adalah masalah sosial yang serius dan tidak bisa diabaikan.
Mengapa anak muda di korea selatan memilih bunuh diri?
Sumber: A Study on adolescent suicide ideation in South Korea (Sooyoun Zong, 2015)
Post Your Thoughts