Mutasi virus Covid-19 vaksin dan Imunitas. Keberagam, keterhubungan manusia dan alam adalah penyatuan yang indah dan terintegrasi dari Sang pencipta. Kekuasaan dan kemahadigjayaan-Nya tersurat dalam fakta, realita dan bukti-bukti otentik ragam penemuan ilmiah di berbagai bidang keilmuwan. Namun cara manusia menelusuri, menemukan, mencatat, memaknai semua catatan ini berpulang pada “apa yang ia yakini” sebagai manusia.
Secuil jasad renik bernama virus SARS-Cov-19 penyebab wabah Covid-19 dengan rantai genetik RNA tunggalnya mampu memporakporandakan peradaban manusia. Hingga hari ini pusat-pusat penelitian, badan-badan ketahanan negara, industri vaksin dibuat berjaga mengantisipasi pergerakannya yang dinamis dan unik. Pergeseran manusia ke berbagai tempat tertunda. Jutaan agenda penting tingkat dunia ditangguhkan tanpa batas waktu yang bisa ditetapkan.
Ada yang resah dan menyesali berkepanjangan, mungkin lebih banyak lagi yang bersyukur. Gerak ekonomi dunia yang melambat memberi ruang jeda menelusuri kembali banyak agenda kemanusiaan yang tertunda dan terlupakan. Ketergesaan manusia mencapai hasrat keamajuaannya butuh dikaji ulang. Teori-teori keilmiahan perlu mengukur kembali rekaman hipotesanya.
Berlalu satu tahun sejak Covid-19 hadir nyatanya kita belum bisa kembali pulih. Virus yang membangkitkan kengerian kita akan kepunahan ummat manusia, kembali membuat kita berjaga. Kelihaian mutasi SARS Covid-19 mempunyai pola yang belum bisa ditelusuri ujungnya.
Kemasan vaksin-vaksin untuk sementara menjadi pemuas rasa keilmiahan kita. Kala ada mutasi yang lebih kuat dan patogenik, kita harus beringsut lebih gesit lagi menciptakan formula vaksin baru. Akankah kita lelah dan kehabisan tenaga?
Ada saatnya alam membuat kita tertegun malu. Adakah kita pernah terdiam barang sebentar untuk melihat sekeliling? Pernahkan sentuhan alam memberikan “keberartian” berjuta kali dalam lorong kedalaman hati kita? Mata yang hanya mampu melihat benda kasat mata abai menelisik lebih jauh Kemahakuasaan Sang Pencipta. Tempat kita berdiri adalah tempat dua dunia menyatu, mikroskopis dan makroskopis. Kita adalah satu titik debu diantara semua rancangan semesta yang diciptakan-Nya. Semua ada untuk kita.
Kita hidup sebagai manusia hanya ketika titik keseimbangan di alam itu ada. Penghancuran titik keseimbangan itu karena ulah manusia dengan alasan apapun yang selalu dibenarkan, menjadi pemantik proses kehancuran kita dalam konsep kemahasempurnaan alam ini.
Virus SARS-Cov-2 adalah tombol alarm yang muncul tiba-tiba sebagai reaksi dari aksi manusia yang tidak disadarinya. Untaian protein yang lemah dan tiada daya kehidupan dalam tubuhnya seketika mempunyai daya ledak tak bisa dikendalikan dunia. Keputusan tingkat dunia dari corong kepala negara dan lembaga-lembaga prestisius dunia tidak lagi bisa bersuara.
Semakin gamang rasanya berpijak di bumi, kecuali kita meyakini bahwa fakta dan kenyataan ini adalah rekayasa Sang Pencipta. Ilmu untuk meyakininya bisa hadir dari ruang-ruang laboratorium, ruang diskusi, ruang sidang kepala negara, wakil rakyat dan ruang-ruang sujud orang-orang beriman. Namun lagi-lagi kata kesombongan menyeruak menjadi dinding pemisah kesadaran ini.
Ketika hidup harus dikembalikan dalam relung keimanan, mulailah meyakini bahwa Sang Pencipta ada dan sangat digjaya. Maka ikhtiar dan perjuangan menguak tabir pandemi Covid-19 menjadi langkah yang tiada akhir, dan kita akan terus mampu menjalaninya. Sebagaimana keimanan memang harus teruji dengan keajaiban berbagai peristiwa.
Hidup menjadi bagian dari realitas alam yang senantiasa membawa keberagaman. Virus adalah bagian kecil dari kebersamaan kita dengan alam. Cara kita hidup adalah berdamai dengannya, membiarkan dia hidup dengan sifatnya.
Manusia memiliki struktur dinamika yang sangat fantastis. Kita bahkan belum bisa menguak kelincahan tubuh bereaksi dan menguasai wujudnya. Imunitas menjadi senjata dengan ribuan peluru berkepala ledak yang bisa dimuntahkan kapan saja. Peluru “peluruh virus” dalam bentuk apapun dapat dilenyapkan dengan kekuatannya. Ia menjadi sistem yang membentengi tubuh manusia. Dengan sistem inilah kita bertahap hingga abad ini.
Manusia dengan kepiawaian ilmunya sudah tahu harus melakukan apa untuk bertahan hidup ditengah konsekuensi alam ini. Detik ini adalah waktu kita berhenti sejenak. Menelusuri arti “kekuatan imun” melawan pandemi Covid-19.
Hiduplah dalam pijakan alam untuk bertahan sambil menguatkan sujud-sujud kita pada Sang Pencipta. Semoga ikhtiar kita semakin kuat. Jangan pernah lupa, sesungguhnya kita ada karena IA mengizinkannya.
Mutasi virus Covid-19 vaksin dan Imunitas..***
Post Your Thoughts