Nikmatnya Secangkir Kopi

Nikmatnya secangkir kopi. Membayangkan kopi, yang saya ingat adalah aroma dan rasa pahit gurihnya yang menempel di lidah. Mungkin akan berbeda sensasi ini bagi Anda.

Menikmati secangkir kopi menjadi rutinitas saya. Sudah tidak ingat lagi kapan kebiasaan itu dimulai. Seperti kebanyakan keluarga lain, saat pagi dan petang kopi selalu tersaji di meja keluarga. Kehadirannya menyemangati di kala pagi dan menyurutkan lelah di kala petang. Ayah mengenalkan kopi sedari kecil, mulanya kami mencicipi kopi beliau jika tidak habis.

Bubuk kopi kami beli di pasar dekat rumah. Kami bergantian membeli kopi bubuk seberat 1 ons di sebuah toko kecil. Abah pemilik toko menggiling beraneka jenis kopi setiap pagi. Bubuk kopinya benar-benar menebarkan aroma yang hangat ke sekeliling.

Di kota besar seperti Jakarta antrian panjang di kedai kopi dimulai siang hari hingga malam. Seolah denyut aktifitas kota dipenuhi dengan cangkir-cangkir kopi. Secangkir kopi berharga mulai 2 ribu rupiah hingga puluhan ribu.

Kita bisa temukan warung kopi berjalan dengan sepeda atau motor seantero kota Jakarta. Mulai dari arena dekat tugu Monas, jalan protokol, statiun kereta atau terminal, pinggiran perkantoran sampai pinggiran taman kota dan kompleks perumahan. Warung kopi berjalan buka 24 jam sehari dan 7 hari dalam sepekan.

Dalam satu kesempatan berkunjung di Kota Singkawang, Kalimantan Barat saya menikmati kopi di sebuah warung sederhana depan sebuah hotel. Warung kopi skala rumahan dengan bangku-bangku kayu dan plastik yang berjejer seadanya. Sebagian bangkunya berhimpitan dengan bahu jalan. Para penikmat kopi memenuhi  ruang terbuka di warung ini hampir sepanjang hari. Warung ini melayani pelanggan hampir 20 jam, dibuka mulai pukul 7 pagi.

Secangkir kopi tubruk yang nikmat di warung kopi ini hanya seharga dua ribu rupiah. Jika ditambah gorengan pisang yang hangat dengan toping gula merah cuma nambah dua ribu untuk satu potong pisang goreng.

Dalam satu kesempatan nongkrong di warung kopi ini pas jelang sore, saya menghabiskan lima belas ribu untuk ngopi bareng seorang teman. Nikmat secangkir kopinya jangan ditanya. Buat saya yang terbiasa menikmati kopi sedari kecil, rasanya bisa dibilang top.

Menurut riwayat yang diceritakan seorang kolega di kota Singkawang. Ngopi di warung kopi sudah menjadi kebiasaan warga kota ini. Warung kopi ada di hampir setiap jalan dan selalu dalam bentuk kopi rebusan panas yang airnya meletup-letup. Wah nikmatnya jalan di kota ini bagi saya, yang suka kopi.

Bercerita tentang kopi, Aceh pun memiliki cita rasa kopi yang termahsyur. Saya pernah mencicipi kopi di kota Banda Aceh beberapa kali. Bahkan saya sempat mampir di warung kopi yang paling digemari warga kota Banda Aceh. Kopinya nikmat sekali. Rasanya memang perlu berkeliling seluruh kota di Indonesia untuk mencicipi citarasa kopi lokal yang khas.

Saya tidak faham soal tanaman. Kata ahlinya, tanaman kopi akan memiliki karakteristik sesuai dengan tanah tempat ia tumbuh. Kembali saya tersadarkan betapa kayanya Indonesia. Kita memiliki bumi dengan tanah yang berbeda-beda dan subur. Saya jadi kembali bersemangat untuk bermimpi tentang Indonesia yang maju dan kaya hasil bumi yang serba neka. Ini mimpi saya sejak bersekolah dengan seragam merah putih.

Indonesia ibarat “the best mega global super market.” Sebagian besar produk alam dunia bisa tersaji disini mulai dari kopi, teh, coklat, rempah-rempah, tanaman herbal, biji-bijan, kacang-kacangan, sayuran dan aneka buah dari jenis tanaman tropis maupun subtropis. Betapa sangat ingin mimpi ini jadi nyata.

Kembali tentang kopi. Betapa saya pernah merasa bangga ketika dalam sebuah perjalanan ke satu kota di Eropa lebih dari 20 tahun lalu, saya menemukan kopi khas Indonesia di satu etalase tokonya. Ternyata produk kita mendunia, begitu ungkapan yang terbersit dalam hati saya.

Di kota ini pun saya sempat menikmati kopi. Bahkan saya dan teman-teman dari berbagai negara bisa menikmati kopi di saat kami sedang belajar bahasa Jerman. Salah seorang guru kami selalu menawarkan kami praktek bahasa Jerman berkelompok sambil menikmati kopi. Maka kami pun bergegas membeli secangkir kopi dari cafe terdekat. Jadilah kami ngumpul, ngobrol bahasa Jerman sambil ngopi di cafe itu. Momen indah ini tersimpan dalam ingatan saya. Belajar bahasa sambil menikmati secangkir kopi, begitu menyenangkan rasanya.

Di rumah, saya dan keluarga menikmati kopi. Bahkan hampir setiap hari secangkir kopi menemani kami beraktifitas di malam hari. Kopi membuat kami sekeluarga bisa menikmati aktifitas belajar, kerja sekaligus bersantai. Selalu ada sela tegukan kopi di tengah-tengah obrolan dan diskusi kami malam hari di ruang keluarga.

Nikmatnya secangkir kopi.***

Post Your Thoughts