Obat Baru Antivirus Corona Eucalyptus di Era Pandemi COVID 19

Obat baru antivirus corona eucalyptus di era pandemi COVID 19 hangat diperbincangkan. Benarkah obat ini berkhasiat melawan corona? Apakah penggunaannya aman? Sementara dunia medis masih berperang melawan virus covid 19 dengan jumlah kasus COVID 19 yang terus meningkat di tanah air.

Antivirus corona eucalyptus di era pandemi COVID 19 menjadi polemik di masyarakat setelah Menteri Pertanian menyatakan bahwa akan mulai memproduksi antivirus berupa kalung yang telah dihasilkan melalui penelitian di laboratorium. Penelitian eucalyptus sebagai terapi untuk corona telah dimulai pada bulan Maret 2020 di tiga Balitbangtan Kementan, yaitu Balai Besar Penelitian Veteriner, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, dan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian.

Penelitian yang telah dilakukan Balitbangtan Kementan dilakukan terhadap berbagai jenid tanaman seperti temulawak, jahe dan jambu biji. Sebagian besar tumbuhan ini efeknya hanya mengurangi gejala atau meringankan penyakit. Tidak berpengaruh langsung untuk membunuh virus. Penenlitian juga menguji minyak atsiri dari tanaman eucalyptus. Apa yang khusus ada pada tanaman ini?

Minyak atsiri dari eucalyptus memiliki senyawa 1,8 sineol atau eucaliptol. Senyawa eucaliptol mempunyai kemampuan mengencerkan dahak, antiinflamasi, antimikroba, dan antivirus. Maka komponen minyak atsiri digunakan dalam formulasi obat baru ini. Formula baru ini dilaporkan mampu pula membunuh virus avian influenza atau dikenal sebagai virus H5N1 dan virus corona.

Penelitian terhadap formula dari eucalyptus ini sebenarnya tidak spesifik terhadap virus corona penyebab COVID 19, karena penelitiannya hanya dilakukan pada model virus korona yaitu beta corona dan gamma corona. Virus penyebab COVID 19 adalah salah satu jenis virus beta corona.

Formula obat antivirus corona eucalyptus dibuat dalam bentuk balsam, inhaler, roll on, minyak aromaterapi sampai kalung berteknologi nano. Formula-formula ini bukan obat minum tetapi obat herbal. Produk-produk ini sudah didaftarkan patennya dan bekerjasama dengan salah satu perusahaan farmasi di Indoensia. Beberapa produknya bahkan sudah mendapat izin edar dan sedang diproduksi massal, yaitu formula eucalyptus dalam bentuk roll on atau inhaler. Rencananya formula-formula ini akan siap dipasarkan pada bulan Agustus 2020.

Kementan telah sudah meregistrasi formula eucalyptus di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai obat jamu herbal, tidak pernah disebut sebagai antivirus, apalagi antivirus COVID 19. Pada formula ini belum dilakukan uji klinis, termasuk uji klinis dalam penanganan kasus COVID 19. Obat jamu herbal ini membantu melegakan pernafasan. Pada tahap berikutnya Kementan akan bekerjasama dengan para pakar di bidangnya dari Universitas indonesia dan Universitas Hasanudin untuk tahapan uji klinis formula ini.

Salah seorang Guru Besar Fakultas Farmasi dari UGM Prof Suwijiyo Pramono membenarkan bahwa eucalyptus memiliki zat-zat aktif yang bermanfaat bagi tubuh. Di dunia minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan aktif dalam produk pangan, farmasi dan kosmetik.

Kebutuhan minyak atsiri di dalam dan di luar terus meningkat. Sayangnya kebutuhan minyak atsiri dalam negeri pun belum termanfaatkan dengan baik. Bahkan pengembangan turunan minyak atsiri dalam berbagai formulanya di Indonesia masih terbatas.

Kementan memiliki inisitif melakukan pengembangan formula-formula baru dari minyak atsiri eucalyptus untuk terapi corona virus. Pengembangan formula ini memang belum dilengkapi uji klinis. Kita tunggu proses berikutnya dalam pengembangan formula ini. Prosedur uji klinis memang membutuhkan kerjasama dengan bidang-bidang lain seperti farmasi dan kedokteran.

Para ahli kedokteran traditional Cina juga melakukan penelitian terhadap efektifitas obat-obat traditional mereka selama penanganan Covid 19 di negara mereka. Memang tidak mudah mengembangkan fromula obat baru. Dibutuhkan upaya panjang mulai dari menemukan fromula hingga selesai dengan berbagai uji klinis yang dipersyaratkan dunia pengobatan modern saat.

Mari kita ikuti perkembangan selanjutnya dari produk obat herbal ini. Mudah-mudahan inisiatif Kementan menjadi rintisan kolaborasi penelitian dalam pengembangan obat baru di Indonesia.

Pengembangan obat baru antivirus corona eucalyptus di era pandemi COVID 19 menjadi perbincangan saat ini perlu berlanjut pada tahap berikutnya. ***

Post Your Thoughts