Patofisiologi dari Diabetes Melitus

Patofisiologi dari diabetes melitus memberikan pemahaman tentang berbagai faktor yang berperan memunculkan penyakit ini.

Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005 adalah suatu kelompok metabolik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Patofisiologi dari diabetes melitus

Hipertensi kronik pada diabetes ada kaitannya dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi organ tubuh pada mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, dan persarafan.

Diabetes tidak terjadi seketika, tetapi proses penyakit ini umumnya sudah cukup lama. Secara epidemiologi diabetes melitus susah dideteksi. Proses penyakitnya telah dimulai sekitar 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Perubahan pola hidup dari rural ke urban menjadi salah satu yang mendorong perkembangan penyakit ini di masyarakat.

Faktor resiko terjadinya diabetes adalah usia yang meningkat, mengalami berat badah berlebih (obesitas), distribusi lemak tubuh bertambah, kurangnya aktifitas fisik, dan keadaan hiperinsulinema. Faktor-faktor ini pun bergabung dengan faktor genetik untuk kemudian muncul sebagai diabetes mellitus tipe 2.

Patofisiologi dari diabetes melitus

CARA DIAGNOSIS DIABETES MELITUS

Diagnosis diabetes melitus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan glukosa darah.

Pemeriksaan darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan ini di laboratorium kesehatan.

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk diabetes melitus, yaitu uji diagnostik dan pemeriksaan penyaring.

Pemeriksaan untuk uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala diabetes melitus. Sedangkan pemeriksaan penyaring dilakukan untuk menyaring kemungkinan adanya diabetes melitus pada mereka yang tidak memiliki gejala diabetes melitus tetapi memiliki resiko diabetes.

Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok yang memiliki resiko, antara lain:

  • Usia diatas 45 tahun
  • Usia dibawah 45 tahun dengan indeks masa tubuh (IMT) lebih dari 23 kg/m2 dengan disertai faktor resiko berikut: kebiasaan tidak aktif, anak pertama dari orang tua dengan keturunan diabetes melitus,riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram, mengalami hipertensi, memiliki kadar kolesterol tinggi, adanya tanda atau kondisi lain yang menunjukkan keadaan resistensi insulin, adanya keadaan toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT), memiliki riwayat penyakit kardiovaskular.
Patofisiologi dari diabetes melitus

Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.

Kelompok dengan keadaan toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebagian akan berlanjut menjadi diabetes melitus. Maka kelompok ini perlu mendapat perhatian khusus dalam penatalaksanaannya.

Kelompok dengan keadaan toleransi glukosa yang terganggu (TGT), sepertiganya akan berkembang menjadi diabetes melitus, sepertiga lainnya akan tetap sebagai toleransi glukosa yang terganggu (TGT), dan sepertiganya sisanya bisa menjadi normal.

Keadaan toleransi glukosa yang terganggu (TGT) seringkali berhubungan dengan adanya penyakit kardiovaskular, hipertensi dan dyslipidemia.

Patofisiologi dari diabetes melitus

Pemeriksaan penyaring diabetes melitus dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berikut:

  • Kadar gula darah sewaktu
  • kadar gula darah puasa
  • tes toleransi glukosa oral (TTGO)

Pemeriksaan penyaring dianjurkan bersama dengan pemeriksaan general check up atau saat pemeriksaan untuk diagnosis penyakit lain.

Dari patofisiologi dari diabetes melitus kita bisa memahami proses penyakit ini.

Patofisiologi dari diabetes melitus

Post Your Thoughts