Patofisiologi Penyakit Kanker Paru

Patofisiologi penyakit kanker paru berkaitan dengan banyak faktor yang menyebabkan berkembangnya penyakit ini.

Kasus kanker paru meningkat seiring dengan konsumsi rokok yang bertambah di masyarakat. Sebagain besar kanker paru mengenai pria.

Dari banyak penelitian diketahui kanker paru berkaitan dengan paparan atau inhalasi berkepanjangan zat-zat karsinogenik. Ada 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Perokok pasif pun berpotensi mengidap penyakit ini.

Paparan asap rokok tidak hanya menyebabkan kanker paru, tapi juga kanker mulut, laring dan esofagus.

Kasus kanker paru meningkat seiring dengan adanya konsumsi rokok yang bertambah di masyarakat. Sebagain besar kanker paru mengenai pria.  Dari banyak penelitian diketahui bahwa kanker paru berkaitan dengan paparan atau inhalasi berkepanjangan zat-zat karsinogenik. Diketahui pula bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Perokok pasif pun berpotensi mengidap penyakit ini. Paparan asap rokok tidak hanya menyebabkan kanker paru, tapi juga kanker mulut, laring dan esofagus.  Selain asap rokok, zat karsionegik lain yang menyebabkan kanker paru adalah asbestos, radiasi ion pada pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polikistik hidrokarbon, vinill klorida.  Kasus kanker paru didapatkan lebih banyak pada daerah dengan kadar polusi udara tinggi.  Faktor genetik juga dipercayai para ahli berperan menimbukan kanker paru. Faktor nutrisi, yaitu kekurangan nutrisi betakaroten, selenium dan vitamin A meningkatkan resiko kanker paru.  Tanda & gejala kanker paru: •	Tumor tumbuh pada area terbatas atau terlokalisir •	Batuk baru atau batuk kronis •	Hemoptisis •	Wheezing atau mengi atau stridor karena obstruksi saluran nafas •	Adanya kavitas, seperti abses paru •	Atelektasis Tumor menginvasi area di sekitarnya (invasi local) menyebabkan gejala: •	Nyeri dada •	Dispnea, biasanya karena efusi pleura •	Sindrom vena kava superior •	Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis) •	Sura serak, karena menekan nervus laryngeal recurrent •	Sindrom Pancoast, terjadi karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis Pemerisaan Rontgen dada postrior – anterior (PA) dan lateral dapat membantu mendeteksi kanker paru. Pemeriksaan radiologi lainnya yang bisa dilakukan adalah computer tomography dan magnetic resonance (CT Scan). Pemeriksaan ini lebih sensitive dibanding foto Rontgen. Pemeriksaan radiologis dapat mengukur memberikan gambaran ukuran tumor, kelenjar getah bening torakal, atau kemungkinan metastasis ke jaringan lainnya. Pemeriksaan bone scanning dilakukaan pada kanker paru, jika ada kecurigaan proses metastasis kanker ke tulang. Pemeriksaan sitologi dilakukan pada kanker paru menggunakan cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bialsan dan sikatan bronkus yang diambila melalui bronkoskopi.  Pemeriksaan histologi dari jaringan kanker adalah golden standar dalam menegakkan diagnosis kanker paru.  Jaringan ini didapatkan dengan cara biopsi melalui bronkoskopi. Dalam diagnosis kanker paru adalah dengan urutan sebagai berikut: •	menetapkan apakah tumor pada paru itu jinak atau ganas •	menentukan staging penyakitnya •	mencari letak lesinya, apakah sentral atau perifer Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan tujuan: •	Kuratif, yaitu untuk menyembuhkan atau meningkatkan angka harapan hidup penderita •	Paliatif, untuk mengurangi dampak dari penyakit kanker atau meningkatkan kualitas hidup •	Perawatan di rumah pada kanker paru terminal, untuk mengatasi dampak fisik sekaligus psikologis kanker pada pasien dan keluarga •	Suportif, bertujuan untuk membantu pengobatan kuratif. Misalnya pemberian nutrisi, transfusi darah, obat anti nyeri, dan lain-lain.  Terapi untuk kanker paru terdiri dari berbagai metode, yaitu:  •	Pembedahan. Terapi bedah merupakan alternatif pertama untuk kanker paru stadium I dan II. •	Radioterapi dilakukan pada kanker paru yang tidak dapat dioperasi (inoperable). Efek samping pasca radiasi adalah disfagia. •	Kemoterapi dimulai pada kanker paru stadium III Pencegahan kanker paru yang utama adalah tidak merokok di usia muda. Pada yang sudah merokok bisa berhenti merokok.

Selain asap rokok, zat karsionegik lain yang menyebabkan kanker paru adalah asbestos, radiasi ion pada pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polikistik hidrokarbon, vinill klorida.

Kasus kanker paru didapatkan lebih banyak pada daerah dengan kadar polusi udara tinggi.  Faktor genetik juga dipercayai para ahli berperan menimbukan kanker paru.

Faktor nutrisi, yaitu kekurangan nutrisi betakaroten, selenium dan vitamin A meningkatkan resiko kanker paru.

Tanda & gejala kanker paru:

  • Tumor tumbuh pada area terbatas atau terlokalisir
  • Batuk baru atau batuk kronis
  • Hemoptisis
  • Wheezing atau mengi atau stridor karena obstruksi saluran nafas
  • Adanya kavitas, seperti abses paru
  • Atelektasis
Patofisiologi penyakit kanker paru

Tumor menginvasi area di sekitarnya (invasi local) menyebabkan gejala:

  • Nyeri dada
  • Dispnea, biasanya karena efusi pleura
  • Sindrom vena kava superior
  • Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
  • Sura serak, karena menekan nervus laryngeal recurrent
  • Sindrom Pancoast, terjadi karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

Pemerisaan Rontgen dada postrior – anterior (PA) dan lateral dapat membantu mendeteksi kanker paru. Pemeriksaan radiologi lainnya yang bisa dilakukan adalah computer tomography dan magnetic resonance (CT Scan). Pemeriksaan ini lebih sensitif dibanding foto Rontgen. Pemeriksaan radiologis dapat memberikan gambaran ukuran tumor, kelenjar getah bening torakal, atau kemungkinan metastasis ke jaringan lainnya.

Pemeriksaan bone scanning dilakukaan pada kanker paru, jika ada kecurigaan proses metastasis kanker ke tulang.

Pemeriksaan sitologi dilakukan pada kanker paru menggunakan cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus yang diambil melalui bronkoskopi.

Pemeriksaan histologi dari jaringan kanker adalah golden standar dalam menegakkan diagnosis kanker paru.  Jaringan ini didapatkan dengan cara biopsi melalui bronkoskopi.

Dalam mendiagnosis kanker paru tahapan proses sebagai berikut:

  • menetapkan apakah tumor pada paru itu jinak atau ganas
  • menentukan staging penyakitnya
  • mencari letak lesinya, apakah sentral atau perifer
Patofisiologi penyakit kanker paru

Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan tujuan:

  • Kuratif, yaitu untuk menyembuhkan atau meningkatkan angka harapan hidup penderita
  • Paliatif, untuk mengurangi dampak dari penyakit kanker atau meningkatkan kualitas hidup
  • Perawatan di rumah pada kanker paru terminal, untuk mengatasi dampak fisik sekaligus psikologis kanker pada pasien dan keluarga
  • Suportif, bertujuan untuk membantu pengobatan kuratif. Misalnya pemberian nutrisi, transfusi darah, obat anti nyeri, dan lain-lain.

Terapi untuk kanker paru terdiri dari berbagai metode, yaitu:

  • Pembedahan. Terapi bedah merupakan alternatif pertama untuk kanker paru stadium I dan II.
  • Radioterapi dilakukan pada kanker paru yang tidak dapat dioperasi (inoperable). Efek samping pasca radiasi adalah disfagia.
  • Kemoterapi dimulai pada kanker paru stadium III

Pencegahan kanker paru yang utama adalah tidak merokok di usia muda. Pada yang sudah merokok segera berhenti merokok.

Patofisiologi penyakit kanker paru perlu diketahui agar kita mengetahui jenis terapi yang diperlukan.

Patofisiologi penyakit kanker paru

Post Your Thoughts