Patologi dan Patogenesis Penyakit Sistem Pencernaan

Patologi dan patogenesis penyakit sistem pencernaan adalah proses perkembangan penyakit dalam sistem pencernaan.

1.AKALASIA

Kondisi yang ditandai dengan berkumpul dan tertahannya makanan di esofagus dalam jumlah yang banyak, sehingga lumen esofagus melebar.

Penyebabnya adalah meningkatnya tonus istirahat sfingter esofagus bawah sehingga cenderung terus menutup dan dapat disertai dengan tidak sempurnanya relaksasi sfingter saat menelan.

Tanda  dan gejala:

Disfagia (sulit menelan) terutama jenis makanan padat, regurgitasi makanan yang tidak tercerna dan bisa menimbulkan kejadian aspirasi berulang, nyeri dada atau rasa terbakar di belakang sternum (heartburn), penurunan berat badan

Penyebabnya:

Penyebab utama (primer) bersifat idiopatik atau tidak diketahui pasti

Penyebab sekunder karena berbagai kondisi patologis atau kelainan yang mempengaruhi motillitas dan sfingter esofagus.

Gambar 1. Gambaran radiologis esofagus yang berdilatasi  secara masif (panah kuning) sampai ke esofagus distal.

Sumber: http://learningradiology.com/archives04/COW%20100-Achalasia/achalasiacorrect.htm

Gambar 2.

Gambar 2. Gambaran radiologis sisi lateral esofagus yang berdilatasi sampai ke distal.

Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/363551-overview (achalasia imaging)

2.GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASES (GERD)

GERD adalah refluks esofagus yang berulang. Kondisi patologis ini sering menyebabkan peradangan esofagus distal (lower-esophagus) oleh refluks isi lambung yang asam ke esofagus karena lemahnya sfingter esofagus bawah. Pasiennya dengan keadaan ini biasanya adalah pasien rawat jalan.

Esofagus memiliki beberapa komponen perlindungan dari resiko kerusakan, yaitu:

  1. Epitel mukosa esofagus dilapisis oleh sel skuamosa bertingkat. Sel jenis ini resisten dari resiko abrasi  oleh pergerakan makanan, tetapi sangat sensitif terhadap asam.
  2. Kelenjar di submukosa esofagus juga memberikan perlindungan melalui sekresi musin dan bikarbonat.
  3. Di esofagus distal terdapat sfingter esofagus lower esophageal sphincter (LES) yang mencegah terjadinya refluks makanan dari lambung.

Tanda dan gejala:

Sakit dengan sensasi rasa panas di dada (heartburn), disertai esofagitis, ulkus atau striktur esofagus.

Gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme terjadinya refluks esofagus

Sumber: https://www.uspharmacist.com/article/gastroesophageal-reflux-disease-management-in-pediatric-patients

Gambar 4.

Gambar 4. Hasil pemeriksaan X-ray abdomen menggunakan kontras (gastrostomy) memperlihatkan daerah abdomen dan dada. Radiokontras yang diinjeksikan tampak bermigrasi ke area esofagus. Pasien ini mengalami refluks esofagus berat (tingkat D).

Sumber: By Steven Fruitsmaak – Own work, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=6303913

Gambar 5.

Gambar 5. Hasil pemeriksaan endoskopi pada pasien dengan peptic stricture pada daerah esofagus distal dekat dengan lambung.

Sumber: By Samir धर्म – From en.wikipedia.org, Public Domain, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=1931423

Penyebabnya adalah proses penutupan sfingter esofagus yang tidak adekuat.

Komplikasi akibat GERD adalah esofagitis, striktur esofagus, Barrets’ esophagus

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis GERD:

Gastroskopi (endoskopi), pemeriksaan radiologi gastrointertinal (GI) serial

Faktor pendukung terjadinya GERD:

GERD dapat terjadi karena faktor kegemukan, kehamilan, hiatus hernia, perokok, sedang minum obat-obatan tertentu, stress

Terapi:

Terapi bertujuan untuk menetralkan asam lambung dengan antasid, H2 receptor blocker, proton pump inhibitor, pengelolaan stress.

3.BARRETS’ ESOPHAGUS

Akibat paparan refluks esofagus berulang oleh GERD dalam jangka waktu lama maka kondisi esofagus berubah. Di esofagus terjadi perubahan abnormal  (metaplastic) sel mukosa yang berada di bagian bawah esofagus.

Sel-sel mukosanya mengalami perubahan dari  sel epitel skuamosa bertigkat menjadi sel epitel kolumnar dengan sel goblet, mirip sel usus besar.  Umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu. Kondisi ini mengarah precancer.

Pemeriksaan penunjang:

Gastroskopi (endoskopi) disertai biopsi untuk pengambian sampel histopatologi

4.ULKUS PEPTIKUM  (TUKAK LAMBUNG – DUODENUM)

Ulkus peptikum adalah kerusakan yang dialami oleh lambung atau duodenum pada lapisan mukosa, submukosa sampai otot saluran cerna yang disebabkan oleh aktifitas pepsin dan asam lambung yang berlebihan.

Etiologi: Rusaknya sawar pelindung permukaan lumen lambung dan duodenum. Sawar pelindung mencegah iritasi dan otodigesti mukosa oleh sekresi lambung.

Beberapa penyebab yang bisa merusak sawar pelindung lumen ini, antara lain:

  • Obat aspirin dan jenis NSAID lain yang biasa digunakan untuk mengatasi nyeri atau mengobati artritis
  • Infeksi bakteri Helicobacter pylori.
  • Produksi asam lambung yang berlebihan, contohnya pada penyakit sindroma Zollinger-Ellison

Terapi:

Tujuan terapi untuk menghambar sekresi asam lambung dan meningkatkan resistensi mukosa lumen lambung dan duodenum terhadap asam lambung.

Jenis-jenis obat:

  • Antasida
  • Penghambat  reseptor histamin  H2 (simetidin, ranitidine, famotidine, dll)
  • Omeprazol, menghambat H+ -K+ -ATPase lambung
  • Sukralfat, sejenis garam yang dapat meningkatkan resistensi mukosa terhadap asam, dengan membentuk protein atau zat kompleks lainnya  di lokasi ulkus.
Gambar 6.

Gambar 6. Ulkus peptikum di lambung dan duodenum dapat mengenai lapisan mukosa, submukosa dan otot

Sumber: https://www.medicinenet.com/image-collection/peptic_ulcer_picture/picture.htm

Gambar 7.

Gambar 7.  Gambaran ulkus peptikum melalui pemeriksaan endoskopi

Sumber: http://vemul.gewichtsverlie.nl/hoe-te-solliciteren/ulcus-pepticum.html?355

5.OBSTRUK USUS (SMALL BOWEL OBSTRUCTION)

Obstuksi usus halus terjadi oleh karena hambaran mekanis di area usus halus (80%), dan sebagian kecil lainnya karena obstrusi yang sudah dimulai di usus besar (20%)

Tanda dan gejala:

Pasien mengeluh nyeri abdomen, mual dan muntah

Pemeriksaan fisik:

  • Distensi abdomen
  • Tidak teraba gerakan usus

Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan radiologi abdomen, USG dll

Etiologi:

  • Pada anak adanya kelainan kongenital (anatomi usus halus/usus besar). Contohnya atresia jejunum, atresia ileum, midgut volvulus, diverticulum Merkel
  • Sebagian besar karena gangguan atau kelaianan yang menimbulkan sumbatan, oleh karena tekanan internal lumen usus atau striktur.
  • Stenosis lumen usus halus, usus besar
  • Henia abdominal
  • Endometriosis
  • intususeption
  • Inflamasi di area usus halus, usus besar (tuberkulosis, crohn disease, enteritis, dll)
  • Adanya massa, tumor atau neoplasma
  • Benda asing di usus halus atau usus besar

Small bowel obstruction salah satu penyebabnya adalah sumbatan oleh adanya fecolith.

Gambar 8a.

Gambar 8a. Pria berusia 65 tahun dengan hambatan oleh karena fecolith. Tampak pada gambaran radiologi bentuk opak di sekitar midline abdomen bawah yang menyebabkan bagian usus di bagian proksimalnya mengalami dilatasi

Sumber: Case courtesy of RMH Core Conditions, Radiopaedia.org, rID: 33613

Gambar 8b.

Gambar 8b. Hasil pemeriksaan  X-ray abdomen pasca operasi.  Gambaran fecolith di abdomen sudah hilang.

Sumber: Case courtesy of Dr Jayanth Keshavamurthy, Radiopaedia.org, rID: 45224

6.COLITIS (INFLAMMATORY BOWEL DISEASE)

Gejala:
BAB berdarah, bisa berlangsung beberapa minggu

Gambar 9a.
Gambar 9b.

Gambar 9a&b. Gambaran radiologis kolon transversus dengan “thumb printing pattern” yang mengindikasikan adannya edema mukosa usus (panah merah)

Sumber: https://radiopaedia.org/cases/colitis-inflammatory-bowel-disease
(Case courtesy of RMH Core Conditions, Radiopaedia.org, rID: 33613)

7.BATU EMPEDU (KOLELITIASIS)

Batu empedu terdiri dari 2 tipe:

  • Batu kalsium bilirubinat
  • Batu kolesterol

Kolesistitis adalah reaksi inflmasi di kandung empedu (gallbladder), dapat bersifat akut atau kronik.

Akut kolesistitis  terjadi karena ada sumbatan duktus sistikus oleh mucus atau batu empedu (kalkulus). Ketika terjadi proses inflamasi maka akan mudah bakteri berkumpul di lokasi tersebut. Kolesistitis kronik timbul berhubungan dengan batu empedu.

Tanda dan gejala:

  • Rasa penuh setelah makan
  • Mual
  • Rasa terbakar
  • Tidak mampu makan dalam porsi normal
  • Ada gangguan dalam mencerna makanan berlemak

Kolesistitis kronik berhubungan dengan kondisi pankreatitis, carcinoma kandung empedu, keadaan obstructive jaundice karena batu empedu.

Pemeriksaan:

Pemeriksaan radiologi cholecystogram dengan kontras.  Untuk mengetahui fungsi kandung empedu pada kondisi terisi, mengendapkan/mengkonsentrasikan empedu dan mengosongkannya.

Gambar 10.

Gambar 10.  Lokasi batu empedu di kandung empedu, duktus sistikus dan di common bile duct

8.PANKREATITIS

Pankreatitis adalah keadaan inflamasi  primer yang terjadi pada pankreas. Penyakitnya dapat terjadi akut atau kronik. Pankreatitis umum didapati pada pria yang alkoholik.

Tanda dan gejala:

  • Peningkatan kadar amilase dan lipase
  • Kadar kalsium serum bertambah
  • Gambaran radiologis pada foto X-ray abdomen: pankreas tampak membesar, dan tampak gambaran kalsifikasi. Pemeriksaan CT dan USG akan menguatkan diagnosis pankreatitis.

Terapi:

  • Memelihara keseimbanga cairan dan elektrolit tubuh
  • Mengatasi nyeri
  • Kondisi syok mudah terjadi pada pasien dengan pankreatitis.
Gambar 11.

Gambar 11. penyebab penyakit pankreatitis akut

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=inRSjh3bHPg

Gambar 12.

Gambar 12. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit pankreatitis kronik

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=w7Nq9uQJOXE

Gambar 13a.
Gambar 13b.

Sumber: https://www.hopkinsmedicine.org/gastroenterology_hepatology/_pdfs/pancreas_biliary_tract/chronic_pancreatitis.pdf

Gambar 13a&b. Hasil foto X-ray abdomen menunjukkan gambaran kalsifikasi pada pankreas

9.PENYAKIT CROHN

Penyakit ini disebut juga sebagai regional enteritis. Kerusakan dapat menyebar ke seluruh bagian dinding usus. Penyebab penyakit ini tidak diketahui.

Gambar 14.

Gambar 14. Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya penyakit Crohn

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=k0kRSF80PJ0

Pada tahap awal penyakit (akut) timbul gejala seperti nyeri abdomen bawah, kram abdomen, flatulens, mual, muntah. Gejala awal masih tidak khas, mirip gejala penyakit infeksi usus pada umumnya, misalnya appendicitis.

Gejala penyakit Crohn bergantung pada lokasi patologis yang terjadi. Keluhan yang umum ditemukan adalah nyeri abdomen dan diare. Gejala lain yang dapat menyertai adalah abdominal tenderness (keram perut), kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, demam, merasa lemah (fatigue), perdarahan  rektum, ulkus di area anus.

Pemeriksaan:

  • Pemeriksaan radiologi dengan barium enema (barium-filled intestine)
  • Terdapat tanda “cobblestone” menunjukkan adanya edema & infalamasi, “string” memperlihatkan adanya striktur pada lumen usus.
  • Pemeriksaan penunjang lainnya: sigmoidoscopy atau colonoscopy, serta biopsi.
Gambar 15.

Gambar 15. Ulkus di lumen usus yang terisi dengan kontras barium di ileum distal  yang dikenal sebagai “rose-thorn ulcers” khas pada penyakit Crohn

Sumber: http://www.svuhradiology.ie/case-study/crohn-disease-rosethorn-ulcers/

Terapi:

  • Jenis terapi sesuai dengan gejala yang muncul dan perlu diatasi
  • Obat-obatan mencakup: antibiotik, antiinflamasi
  • Istirahat
  • Operasi dilakukan jika diperlukan, misalnya karena perdarahan hebat, perforasi atau osbstruksi usus
  • Penyesuaian pola makan dengan diet yang sesuai

10.HEPATITIS

Hepatitis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis. Ada beberapa jenis penyakit hepatitis yang saat ini diketahui, diantaranya Hepatitis A, B, dan C. Hepatitis A dan B dapat dicegah dengan imunisasi, namun vaksin Hepatitis C tidak ada/tidak tersedia. Penderita penyakit hepatitis C cenderung menjadi hepatitis kronik, hingga mengalami sirosis atau kanker hati.

Gambar 16.

Gambar 16.  Penyakit Hepatitis A: proses infeksi, gejala, penyebaran dan pencegahannya

Sumber: https://www.findatopdoc.com/Top-Videos-and-Slideshows/What-is-Hepatitis-A

Gambar 17.

Gambar 17.  Penyakit Hepatitis B: proses infeksi, gejala, penyebaran dan pencegahannya

Sumber: https://www.lybrate.com/topic/what-is-hepatitis-b/71a51318415ee1a8e841fd5bc53e8102

Gambar 18.  Proses penyakit Hepatitis C yang berlanjut menjadi kronik, lalu mengalami sirosis atau kanker hati.

Sumber: http://www.innovationtoronto.com/2015/11/one-step-test-for-hepatitis-c-virus-infection-developed-by-uc-irvine-health-researchers/

11.SIROSIS HEPATIS

Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang menyebabkan kerusakan secara menyeluruh organ hati. Hati adalah organ yang tidak mudah dikenali, sehingga sehingga penyakit hati baru dapat dideteksi saat penyakit berada dalam tahap lanjut.

Penyakit sirosis disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: riwayat konsumsi alkohol, infeksi, kelainan metabolik, autoimun hepatitis, penyakit kandung empedu, penyakit fatty liver non-alkoholik (NAFLD). Semua faktor ini menyebabkan proses inflamasi kronik pada hati, sehingga terjasi fibrosis dan kerusakan sel-sel hati, lalu munculnya sirosis.

Bagan 1.

Bagan 1. Etiologi dan komplikasi sirosis

Sumber: http://www.pathophys.org/cirrhosis/

Gambar 19.

Gambar 19. Gejala dan tanda sirosis hepatis

Sumber: https://www.otsuka.co.jp/en/health-and-illness/liver-cirrhosis-nutritional-therapy/early-detection/

REFERENSI:

  1. BASIC PATHOFISIOLOGY, edisi 10, Robbins, 2018
  2. FISIOLOGI KEDOKTERAN, edisi 20, Ganong, 2003
  3. APPLIED PATOLOGI IN RADIOLOGY
  4. Berbagai sumber lainnya

**Patologi dan patogenesis penyakit sistem pencernaan

Post Your Thoughts