Pengaruh drama Korea terhadap perilaku belajar remaja dalam jurnal cukup menarik untuk disimak. Peminat tayangan drama Korea di kalangan remaja Indonesia sangat besar. Hingga ada penelitian yang menyimak pengaruh tayangan drama ini pada perilaku remaja khususnya dalam prestasi belajar.
Padahal di negara Korea Selatan tempat drama-drama ini diproduksi, para siswa berusia remaja tengah berjuang mencapai tingkatan prestasi tinggi. Nyatanya Korea Selatan merupakan negara yang terus melaju tingkat pengetahuan dan teknologinya. Para siswa berkompetisi untuk mencapai kemapanan ilmu di tengah perkembangan industri negaranya dalam berbagai bidang, termasuk perfilman.
Kita di Indonesia mempunyai banyak pekerjaan rumah untuk memajukan negeri ini. Penelitian tentang tayangan drama Korea menunjukkan beberapa sisi menarik tentang fenomena kecanduan menonton dengan prestasi belajar di sebuah sekolah menengah. Uniknya penelitian ini melihat dampak demam drama Korea di Papua bukan di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, atau Makassar.
Perilaku remaja menonton tayangan drama Korea pada dua kelompok siswa dibandingkan dengan prestasi belajarnya pada pelajaran kimia. Usia siswa rata-rata antara 17 sampai 19 tahun. Mereka dibagi dalam kelompok yang kecanduan tayangan drama Korea dan yang tidak kecanduan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecanduan para siswa pada tayangan drama Korea adalah 4% sangat tinggi, 64% tinggi dan 32% sedang. Tingkat kecanduan ini mempengaruhi prestasi belajar pada pelajaran kimia, dengan korelasi yang bermakna.
Pengaruh kecanduan tayangan drama Korea ini dilakukan melalui uji regresi linier sederhana dengan nilai 0,569. Artinya bahwa kecanduan ini memberi berpengaruh pada prestasi pelajaran kimia sebesar 56,9%.
Tampaknya penikmat tayangan drama Korea perlu waspada. Terlebih para remaja yang masih berkutat dengan bahan-bahan pelajaran. Pengaturan waktu dan fokus belajarnya harus dipertahankan. Sekalipun tayangan drama Korea sangat menghibur dan mengobati kebosanan ketika belajar.
Fakta lain yang harus dicermati. Banyak siswa remaja saat ini yang sudah lama akrab dengan smartphone atau telepon pintar. Alat komunikasi berteknologi tinggi ini sudah menembus semua lapisan masyarakat Indonesia hingga mencapai 70,1% penduduk menurut statita.com tahun 2020.
Tampaknya kita harus belajar lagi untuk menggunakan perangkat ini lebih bijak terutama para siswa, entah bagaimanapun caranya. Agar kita tidak menjadi budak teknologi dan meredam aset bangsa ini yaitu kecerdasan
Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Belajar Remaja dalam Jurnal.***
Post Your Thoughts