Puisi Apa Kabar Negeriku Hari Ini

Puisi apa kabar negeriku hari ini. Ada riak kecil di negeriku akhir tahun. Perubahan kecil yang akan mengiringi langkahnya ke depan, berbeda dari hari-hari kemarin. Langkah ini membutuhkan derap cepat menuntaskan segudang agenda yang berserakan.

Akankah kita siap menghadapinya? Mungkin ini bukan pertanyaan yang pantas untuk dilantunkan. Keraguan memang seharusnya bukan milik kita.

Akankah kita mau menuntaskannya? Mungkin ini juga pertanyaan yang tak perlu terucap. Namun hiruk pikuk suasana negeri menenggelamkan energi kita semua saat menghadapinya.

Adakah kita terbelenggu dalam kondisi yang sama? Hari ini serasa berjalan lamban sebagaimana hari kemarin. Waktu terhenti berdetik sesaat.

Kini saatnya mata dan telinga disiagakan agar jantung ini kembali berdenyut. Virus itu masih ada disini, menyelinap, menggeliat, mengawasi kita semua. Sedikit saja lengah, ia jadi pemenang. Sebegitu kukuh hasrat jasad renik ini menggelayuti hidup kita di tahun ini.

Kekuatan virusnya patut membuat kita sadar lebih banyak hal yang terlupakan tentang negeri ini. Pekerjaan rumah yang semakin berat menyurutkan langkah-langkah yang sudah dikayuh lambat.

Anak-anak dan keluarga bertahan di rumah menghindari penyakitnya. Sekolah belum lagi membuka gerbangnya. Pabrik, pertokoan dan perkantoran hanya buka sesaat saja. Para penjual asongan pinggir jalan termangu di sudut jalan, menunggu pelanggan setianya.

Negeriku hari ini kurindukan riaknya.

Negeriku hari ini kunantikan derapnya.

Negeriku hari ini kumimpikan senyumnya.

Bukan janji yang ingin kudengar, bukan pula rayuan yang kudambakan, apalagi sumpah serapah penuh kepongahan. Negeriku bukan yang itu.

Demikian panjang nyanyian kemegahan tentang negeri ini terus kudengar dari batas-batas dindingnya. Mereka memimpikan negeri segemerlap ini. Aku ingin tetap berada disini. Negeriku hari ini adalah mimpi-mimpi masa kecilku dulu.

Disini……..

Gelora samuderanya di pinggir-pinggir pantai. Gemuruh dentuman lahar gunung merapinya. Terpaan angin yang menyejukkan disela-sela perbukitannya. Negeriku bagai gadis ayu dalam pingitan, yang beringsut penuh kesungkanan.

Jangan pernah menjadikan negeriku berwajah muram seperti tahun ini. Ada ratusan juta wajah yang ingin menyembulkan kepalanya, agar hidup adalah harapan. Negeri ini butuh mata air, yang terus meneteskan butir-butir kehidupannya.

Jalan itu ada di depan mata, saatnya menegakkan langkahnya kembali disini……Bukan menenggelamkan diri dalam gelegar kepongahan tiada henti. Ada beribu otak cerdas yang perlu mendengar hati nurani.

Puisi apa kabar negeriku hari ini.***

Post Your Thoughts