Saatnya mengenal program kesehatan imunisasi di Indonesia. Program imunisasi sudah lama bergulir. Kegiatan ini telah mencakup beberapa yaitu program imunisasi bayi, anak sekolah dan wanita usia subur.
Pada setiap program imunisasi diberikan beberapa jenis vaksin yang berbeda. Tiap jenis vaksin diberikan dengan prosedur tertentu. Jadwal pemberian vaksin juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan targetnya masing-masing.
Di dunia imunisasi telah dimulai sejak beberapa abad lalu sejak imunisasi diterima sebagai metode ilmiah baru dalam kedokteran modern. Salah satu tokohnya yang tercatat dalam dunia kedokteran barat adalah Edward Jenner yang hidup di abad ke-18. Pada waktu itu di Eropa dilanda wabah Smallpox yang mengancam kematian banyak orang. Setiap tahunnya sekitar 400 ribu orang mati karena penyakit ini dan sepertiga dari yang bisa bertahan hidup mengalami kebutaan.
Program imunisasi yang dijalankan di Indonesia merujuk pada program imunisasi dunia yang dimotori oleh WHO. Dalam kegiatan imunisasi nasional saat ini kita mengenal program imunisasi bayi yang terdiri dari imunisasi Hepatitis B, BCG, polio, DPT dan campak. Sedangkan imunisasi untuk kelompok usia sekolah mencakup imunisasi DPT, campak dan TT. Ada imunisasi khusus kelompok wanita usia subur (WUS) yaitu imunisasi TT untuk mencegah tetanus nenonatorum pada bayi baru lahir pasca persalinan.
Semua program imunisasi nasional dibiayai oleh pemerintah sebagai bagian dari program kesehatan nasional. Kegiatan imunisasi ini rutin dilakukan diberbagai daerah. Program imunisasi di Indonesia menjadi bagian dari kerjasama dan kesepakatan negara-negara di dunia untuk memberantas penularan penyakit menular. Sehingga evaluasi program imunisasi pun dikerjakan di masing-masing negara hingga lingkup International.
Gerakan imunisasi yang dikerjakan semua negara ini menjadi sebuah kenyataan bahwa semua berkepentingan untuk menyelamatkan penduduk dunia dari kepunahan akibat wabah penyakit menular. Potensi penularan penyakit dapat melewati batas negara, sehingga tidak ada satu negara pun yang bisa bebas dari ancaman ini.
Kegiatan imunisasi tidak cuma urusan menyediakan produk vaksin saja. Masih ada berbagai kegiatan lain yang harus dilakukan. Setelah perjuangan melahirkan produk vaksin baru seperti jenis vaksin Covid-19 saat ini. Banyak persiapan yang harus dilakukan hingga program imunisasi sukses diselenggarakan. Coba kita bayangkan semua tahapan persiapan ini. Ketika produk vaksin selesai dibuat di pabrik obat maka vaksin akan disimpan, lalu didistribusikan, baru kemudian diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Pada saat penyimpanan, banyak produk vaksin yang membutuhkan kondisi khusus dalam proses penyimpanan. Diantaranya vaksin-vaksin yang perlu disimpan dalam suhu dan kelembaban tertentu atau tidak boleh terpapar sinar matahari secara langsung. Sehingga ketika disimpan vaksin membutuhkan wadah pendingin dengan pengatur suhu yang stabil, seperti refrigerator atau lemari es. Tanpa penyimpanan yang baik maka kandungan zat dalam vaksin akan rusak dan tidak bermanfaat lagi.
Dalam distribusi dan pengiriman vaksin ke berbagai wilayah pun vaksin membutuhkan kontainer khusus. Hingga di desa-desa harus ada kotak tempat penyimpan vaksin yang mudah dibawa hingga ke lokasi. Artinya pemberlakuan terhadap vaksin sepanjang proses distribusi dari pabrik lalau ke kota hingga desa harus mempertahankan kondisi ideal atau mendekati ideal. Para tenaga kesehatan atau petugas imunisasi biasanya membawa cool-box atau vaccine-carrier/termos yang benar-benar bisa menjamin vaksin aman diperjalanan.
Pada saat vaksin sudah sampai di lokasi imunisasi, biasanya di posyandu atau puskesmas maka vaksin siap diberikan. Ada vaksin yang diberikan melalui suntikan, ada juga dalam bentuk tetes untuk diminum atau ditelan. Vaksin akan diberikan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
Setelah vaksin diberikan masih ada sesuatu yang harus dibereskan yaitu limbah. Bentuk limbahnya berupa yaitu spuit, jarum suntik dan botol vaksin. Benda-benda ini perlu dikelola khusus agar tidak membahayakan. Petugas kesehatan akan menyimpannya dalam kotak limbah khusus atau memasukkannya dalam “safety box” khusus medis.
Segera setelah progam imunisasi dilaksanakan maka pemantauan efek samping imunisasi dimulai. Jika ada laporan kasus di lapangan biasanya tim investigasi medis akan diturunkan untuk menanganinya dan segera memberikan pelayanan medis yang cepat dan tepat manakala diperlukan.
Demikian panjang proses kegiatan imunisasi ini maka tim imunisasi di berbagai tingkat mulai dari pusat hingga daerah perlu bersiap-siap. Mereka harus menyusun alur kerja dan perangkat manajemen yang rapih dan terkoordinasi. Apalagi jika program imunisasi yang dikerjakan harus mencapai target ratusan juta orang yang tersebar di wilayah luas dan berpulau-pulau seperti Indonesia. Kegiatan imunisasi nasional adalah kerja besar.
Saatnya mengenal program kesehatan imunisasi di Indonesia.***
Post Your Thoughts