Satu renungan akhir tahun 2020. Merenung adalah sebuah cara menyelami apa yang ada di sekeliling kita dalam ruang hati yang dalam. Di dalamnya ada keindahan tanpa batas yang mampu mencerna segala persoalan dengan kebeningan jiwa dan cara berpikir tanpa dihantui oleh ketakutan atau ancaman.
Kita dibuat asyik meneleaah lembaran demi lembaran pemaknaan tentang segala peristiwa yang telah lalu dan menjamahnya kembali untuk meretas jalan di hadapan dalam batas waktu yang belum dapat kita gapai.
Ada kejujuran, penafsiran, harapan, imajinasi, semangat, inspirasi, ketajaman, intuisi dan cinta menyatu disana. Sebuah pertanyaan akan menemukan penerang yang memberinya jalan keluar, dengan cara yang tidak biasa.
Kuingin sisa waktu yang ada kugenggam sekali lagi untuk merasakan keberadaannya tentang diriku dan dunia yang mengelilingi.
Covid-19 adalah satu kata yang mengelilingi duniaku di tahun ini. Seolah Sang pencipta menginginkanku kembali menjadi manusia tanpa kesombongan jiwa. Zat kita dibentuk bagaikan debu, yang bisa rusak hanya satu titik luka yang menjadi jejas bersemayamnya virus ini di tubuh kita. Sesungguhnya kita tidak sanggup apa-apa.
Ia mahluk yang tidak berwujud, namun ia zat yang sangat patuh pada Sang Pencipta. Ia tahu ia bisa, ia hidup karena yakin pada aturan yang tertulis baginya.
Ternyata virus Covid-19 lebih digjaya dari kita. Kita tidak tahu apa ia ada seperti kita. Punya pemimpin, ada sederet aturan ketika melakukan serangan demi serangan dan menyusun kekuatannya untuk menghancurkan peradaban manusia.
Sudah tercatat dalam sejarah bahwa wabah bisa melenyapkan barisan manusia dalam sekejap di permukaakn bumi tanpa tersisa apa-apa. Namun kepongahan membuat kita melihat sosok virus ini dalam bentuk hanya “kasat mata”. Sebuah virus dengan komponen protein-protein aktifnya yang akan bisa kita lawan dengan rumus genetika dan bioteknologi yang kita punya.
Hingga pada akhirnya lupa memaknai soal di balik semua fenomena kehadirannya. Sekalipun ilmu pengetahuan berbicara bahwa pembuktian ilmiah adalah dasar segala pembenaran. Adakah masih tersisa relung hati untuk mencari hikmah spiritual didalamnya. Sang Pencipta menanti kita untuk meyakini kekuasaanNya atas semua yang terjadi pada manusia.
Wabah ada penyebabnya. Wabah memang bisa diatasi dengan sederet hasil analisa dan pengetahuan yang ada. Namun meyakini bahwa hukum alam ini terjadi karena kekuasaan Sang Pencipta, tidak semua bisa.
Perenungan membuka tabir keinsyafanku tentang virus ini. Ilmu bukan alat untuk memecah pemahamku menjadi dua kotak yang terpisah. Covid-19 adalah sebuah perantara peristiwa agar ku kembali pada sosok sejatiku sebagai hamba.
Pengetahuan hanya bagian dari ikhtiarku memahami fenomena ini dengan takaran manusia. Namun sujud-sujud panjang menjadi langkahku untuk mendekat padaMU, Ya Ilahi Rabbi.
Betapa ku sadari sudah melampui batas itu hanya karena setitik kesombongan. Kutenggelamkan perenungan ini dalam sujud dan syukurku, agar kewarasanku hadir kembali. Hanya penghambaan ini yang menyelamatkanku, sekalipun Covid-19 bisa melenyapkan tubuh yang ringkih ini, untuk menjemput takdirMu.
Satu renungan akhir tahun 2020.***
Post Your Thoughts