Simak Profil Pencegahan Penyebaran COVID-19 Update ini. Upaya pencegahan ini disosialisasikan dari sumber youtube channel osmosis awal Maret 2020.
Perkembangan pandemic COVID -19 dimulai dari penemuan kasus di Wuhan Cina. Pada masa awal kasus ditemukan maka jumlah kasus Covid 19 sedikit baru kemudian meningkat dengan cepat. Penyakit karena infeksi COVID 19 disebabkan oleh coronavirus jenis yang baru yang secara genetik mirip dengan SARS corona virus yang pernag terjadi di tahun 2002. Penyakit COVID-19 mulai berjangkit di bulan Desember 2019 lalu.
Penyakit ini ditandai dengan gejala mirip infeksi saluran nafas atau common cold. Para ahli memperkirakan bahwa munculnya coronavirus baru ini disebabkan oleh mutase coronavirus pada proses penularan coronavirus yang melihatkan hewan liar, yang kemudian kembali menginfeksi manusia. Mutasi virus baru ini memunculkan pola infeksi penyakit baru yang gejalanya lebih berat.
Dari data kasus COVID-19 mulai Januari 2019 sampai 9 Maret 2020 terlihat bahwa kasus yang ditemukan terus meningkat tajam hingga mencapai 109.578 kasus dinyatakan positif COVID-19 dan jumlah kematian mencapai 3.809 orang. Dalam kondisi ini dapat dihitung secara umum case fatality rate mencapai 3,5%. Jika kasus dipantau secara periodik, maka case fatality rate bisa berbeda-beda sesuai dengan perkembangan kondisi di lapangan.
Sebagai contoh dalam penanganan kasus COVID 19 di Cina. Pada kondisi tanggal 1-10 Januari case fatality rate mencapai 16%, karena kondisi yang masih belum terkendali dengan banyaknya kasus yang ditemukan di masyarakat. Penduduk yang sakit berbondong-bondong ke rumah sakit, hingga fasilitas yang tersedia tidak bisa menampung pasien dan belum ada tambahan fasilitas dan tenaga. Keadaan darurat wabah penyakit COVID-19 baru dimulai.
Pada tanggal 1 Februari, case fatality rate menurun hingga 0,8% saja. Keadaan ini disebabkan karena berbagai sarana pelayanan medik sudah ditambah, hingga rumah sakit baru pun dibangun, gedung pertemuan dibuka untuk menampung pasien-pasien COVID-19. Prosedur penanganan pasien pun sudah berjalan lebih baik. Tambahan tenaga medis disediakan dari sektor-sektor lain. Cara-cara pencegahan terhadap infeksi telah disosialisasikan, masyarakat sudah diminta untuk melakukan upaya pencegahan secara mandiri seperti cuci tangan, penggunaan masker dan karantina dengan berdiam di rumah-rumah dan tempat tinggal mereka.
Angka case fatality rate juga sebenarnya berbeda diantara kelompok usia. Kita bisa menyimak data lebih detail bahwa angka ini lebih kecil untuk kelompok usia anak sampai dewasa sekitar 0,2 – 0,45. Angka case fatality rate meningkat tajam mulai kelompok usia 50 tahun ke atas. Hingga angka case fatality rate tertinggi diperoleh pada penduduk usia lebih dari 80 tahun yang mencapai 14,8%. Adanya penyakit penyerta yang biasa dialami oleh para lansia menjadi pemicu kondisi ini. Para lansia yang mengidap penyakit antara lain hipertensi, diabetes, penyakit jantung, penyakit gangguan pernafasan kronik dan kanker lebih beresiko mengalami kematian akibat penyakit infeksi COVID-19.
Kemunculan gejala penyakit infeksi COVID-19 juga bervariasi. Sekitar 80% kasus mengalami kondisi penyakit sedang atau mild, beberapa diantaranya tidak menunjukkan gejala penyakit yang berarti. Sisanya sekitar 20% mengalami kondisi penyakit yang berat dengan adanya deman, batuk, sesak nafas hingga pneumonia.
Pada keadaan penyakit infeksi COVID-19 yang berat, organ paru mengalami kerusakan jaringan paru yang hebat sehingga fungsinya pun menurun atau dikenal sebagai acute respiratory distress syndrome. Kerusakan berlanjut kemudian penderita masuk ke dalam kondisi syok atau septic syok. Kemampuan paru menghirup oksigen untuk memenuhi kebutuhan tubuh terganggu. Keadaan bisa cepat memburuk hingga menimbulkan kematian.
Virus COVID-19 bisa tersebar dengan cepat, ketika ada orang yang terinfeksi batuk atau bersin hingga dropletnya bertebaran ke sekeliling dan mengenai orang disekitarnya. Jika orang yang tertempel virus lalu berpindah tempat, misalnya kembali ke rumahnya. Maka rumah tempat tinggalnya menjadi lokasi infeksi baru COVID 19. Proses infeksi juga bisa segera terjadi di komunitas, dan mengenai lebih banyak orang, di tempat mereka sedang berkumpul.
Untuk itu pencegahan proses penularan COVID 19 maka pergerakan orang yang memungkinkan banyak kontak dibatasi. Kebijakan yang dikeluarkan untuk membatasi kontak antara lain penutupan sekolah, kantor-kantor, menunda acara-acara pertemuan termasuk event olahraga dan pameran. Upaya -upaya ini untuk mencegah penularan yang lebih besar lagi tidak hanya antara individu dengan individu, tetapi mencegah peneularan individu ke kelompok orang atau komunitas.
Jika kita amati data perkembangan pasien infeksi COVID 19 maka bisa kita bisa amati dari tabel diatas, bahwa tingkat penyebaran COVID-19 jauh lebih tinggi dibanding penyakit flu. Tingkat penyebaran penyakit infeksi COVID-19 berada diangka mendekati 2,2. Penyakit flu tingkat penyebarannya hanya sampai angka 1,3. Pastinya COVID-19 menyebar jauh lebih cepat. Inilah yang perlu diwaspadai oleh kita semua.
Menurut para ahli masa penularan COVID-19 sudah dimulai sejak masa inkubasi. Kondisi ini menjadi serius karena bisa jadi orang tertular dalam kondisi yang tidak disadari. Ia hanya pernah kontak dengan orang yang tampaknya masih sehat, karena pada masa inkubasi orang yang terkena infeksi bisa saja tidak menunjukkan gejala apa-apa. Namun hal ini yang masih perlu dicarikan dasar ilmiahnya oleh para ahli. Meningingat kondisi bencana global COVID-19 seudah di tengah-tengah kita. Maka sebaiknya selalu hati-hati dan melakukan upaya pencegahan jauh lebih baik.
WHO menghimbau seluruh negara di dunia termasuk Indonesia untuk melakukan berbagai pembatasan lalu lintas manusia dan mengurangi adanya kontak yang beresiko penularan bagi orang-orang yang sehat dan berada di daerah aman, bukan daerah terinfeksi. Banyak negara yang sudah memberlakukan, antara lain: menutup atau membatasi jalur penerbangan dan jalur transportasi publik, meminta warganya semua tinggal di rumah dengan meliburkan sekolah dan kantor-kantor, menjaga jarak sekitar 2 meter saat bertemu satu sama lain, membersihkan dan mensterilisasi berbagai permukaan yang sering digunakan banyak orang seperti tombol di lift, pegangan pintu dll, mensosialisasikan cara mencuci tangan yang benar dan memhindari menyentuh daerah T yaitu sekitar wajah dengan tangan.
Semua upaya ini perlu dilakukan oleh kita semua. Penularan COVID-19 sudah meluas ke berbagai negara di dunia. Pencegahan adalah usaha kita bersama. Jangan abai, jangan panik, fokus pada upaya pencegahan yang bisa kita lakukan semaksimal mungkin. Simak Profil Pencegahan Penyebaran COVID-19 Update hingga tuntas.***
Post Your Thoughts