Tantangan baru sekolah tatap muka di awal tahun 2021, siapkah kita? Waktu sekolah segera tiba. Belajar bisa dimana saja, namun keinginan belajar di sekolah seperti dulu ternyata tetap dirindukan. Kegiatan “belajar tatap muka” di era pandemi memiliki resiko tersendiri. Resiko itu yang perlu difahami oleh semua pihak, baik pemerintah, sekolah, maupun orang tua.
Keputusan “belajar tatap muka” telah digulirkan melalui SKB 4 menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri pada tahun 2020 lalu. Sekarang tanggung jawab pelaksanaannya diberikan kepada daerah. Namun demikian daerah diberi kebebasan untuk mengaturnya sesuai dengan kondisi masing-masing. Pembagian berdasarkan zona merah, oranye, kuning dan hijau di wilayahnya digunakan sebagai acuan dalam implementasi “belajar tatap muka” ini.
Kelayakan untuk “belajar tatap muka” sebaiknya diterapkan dengan bijak. Ada 6 daftar periksa kelayakan yang diatur dalam SKB 4 menteri dan perlu dipersiapkan sekolah.
Enam daftar periksa kelayakan “belajar tatap muka” yaitu: pertama ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan, seperti toilet yang bersih, sarana cuci tangan pakai sabun yang layak dengan air mengalir, hands sanitizer, disinfektan. Kedua adanya akses ke fasilitas kesehatan. Ketiga adanya kesiapan untuk memakai masker. Keempat memiliki alat pengukur suhu atau thermogun. Kelima pemetaan warga sekolah untuk mengetahui siapa yang sehat, sehat dan memiliki komorbid baik pada guru maupun anak didik. Pemetaan tentang resiko akses perjalanan ke sekolah jika melewati area yang beresiko penularan Covid-19. Keenam adalah adanya persetjuan dari komite sekolah atau perwakilan para orang tua dan wali murid.
Pihak sekolah perlu menyiapkan seluruh fasilitas protokol kesehatan yang diperlukan seperti tempat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, toilet yang bersih, alat pemeriksaan suhu tubuh, dll. Jika sarana dan prasarana tidak terpenuhi maka tidak layak meenyelenggarakan belajar tatap muka. Pertimbangan kesehatan dan keselamatan anak-anak didik tetap jadi prioritas.
Sekolah menghadapi tantangan besar untuk melaksanakan “belajar tatap muka” karena ada dua agenda sekaligus yang harus diterapkan. Kegiatan belajar dan disiplin terhadap protokol kesehatan. Proses ini sebaiknya dilakukan perlahan sesuai kesiapan sekolah dan anak-anak didik.
Kita bisa membayangkan kondisi anak-anak dengan ragam karakter dan naluri mereka yang sangat ingin bertemu dan bermain dengan teman-temannya di sekolah. Belum lagi soal membiasakan mereka pakai masker dengan benar, mencuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak selama di sekolah. Guru-guru akan bekerja ekstra untuk selalu mengingatkan mereka.
Seberapa efektif progam “belajar tatap muka” tentu perlu dievaluasi sepanjang proses pelaksanaannya. Kewaspadaan semua pihak diperlukan agar tidak muncul kasus baru Covid-19 di cluster sekolah.
Belajar tatap muka bertujuan untuk memperbaiki proses belajar dan capaian target belajar. Jika kelayakan untuk “belajar tatap muka” tidak terpenuhi, secara tegas para pemangku kebijakan mengintruksikan sekolah untuk melanjutkan proses belajar jarak jauh. Kesadaran kita akan potensi penularan virus Covid-19 benar-benar akan diuji.
Tantangan baru sekolah tatap muka di awal tahun 2021.***
Post Your Thoughts