Tip dan trik belajar tatap muka tahun 2021, sudahkan kita tahu? Pilihan “belajar tatap muka” bagi para siswa akan menjadi tantangan buat sekolah, namun menjadi beban bagi orang tua. Karena konsekuensi pembelajaran ini pada kondisi pandemi Covid-19 akan berpulang kepad orang tua. Resikonya adalah kemungkinan terpapar Covid-19.

Kondisi Awal tahun 2021 ditandai dengan kenaikan jumlah kasus baru Covid-19. Ini bukanlah berita yang menentramkan buat kita semua. Belum lagi berita tentang hadirnya jenis mutasi baru Covid-19 di negara-negara berbatasan dengan Indonesia, Singapura dan Australia.
Seberapa sekolah siap? Sejauh mana siswa-siswa faham protokol kesehatan? Bagaimana proses belajar di kelas dengan protokol kesehatan? Menjadi rentetan pertanyaan yang mungkin saat ini ada di benak para orang tua.

Mari kita coba menelaah sedikit saja tip dan trik belajar tatap muka agar kita bisa mempersiapkan langkah awal proses belajar ini di sekolah.
Pertama, belajar tatap muka hanya dilakukan dalam durasi singkat. Apakah 50% waktu sekolah sudah cukup? Ataukah akan dibuat materi yang lebih padat agar dalam 50% waktu belajar siswa sudah bisa mendapatkan elemen penting dari target belajarnya? Waktu 3-4 jam belajar adalah durasi yang cukup panjang dalam kondisi anak belajar dengan menggunakan masker. Materi singkat, berisi dan menyenangkan menjadi tugas para guru untuk memformulasikannya.
Kedua, siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan, tidak boleh ada beban pelajaran yang membuat stress, tertekan dan memberi beban mental. Kondisi ini akan menurunkan imunitas siswa dan menjadi ancaman tertular virus Covid-19. Tugas-tugas belajar dapat disesuaikan dengan tema-tema utama pembelajaran dan dipilih sesuai dengan prioritas. Tidak mesti semua tema dijadikan materi penugasan.

Ketiga, selalu memberikan pengertian pada siswa bahwa kondisi Covid-19 adalah masa kita semua belajar tentang alam, lingkungan dan kekuasaan ALLAH SWT atas segalanya termasuk nasib manusia. Memahami jasad renik seperti virus yang sedemikian kecil hingga tak tampak dengan seluruh perilakunya adalah bagian dari kita berikhtiar di tengah pandemi ini. Sehingga pemahaman para siswa tentang Covid-19 menyatu menjadi sebuah pembelajaran berdimensi ilmiah dan spiritual/agama yang utuh. Kedisiplinan mereka untuk memproteksi diri dengan protokol kesehatan akan bangkit dari proses pembelajaran ini.
Keempat, adalah kejujuran dan saling menjaga. Ketika ada dari warga sekolah yang mengalami gejala yang dikhawatirkan atau terindikasi tertular Covid-19 maka informasi ini harus disampaikan dengan baik. Jangan ada seseorang yang terindikasi Covid-19 terabaikan untuk ditangani sehingga berpotensi menularkan kepada warga sekolah yang lain. Maka kecermatan pendataan yang didasari atas kelancaran arus komunikasi dan pemetaan resiko penularan Covid-19 harus berjalan dengan baik dan kontinu. Sekolah perlu mendapat dukungan dari berbagai institusi di daerah yang bertanggungjawab dalam pemantauan Covid-19 atau tim Satgas Covid-19 untuk mendapatkan akses informasi ini.
Kelima, menelaah kondisi siswa diluar sekolah, misalnya bagaimana kondisi siswa sepanjang perjalanan ke sekolah atau pulang dari sekolah, adakah siswa yang beresiko tinggi terpapar Covid-19 dibanding siswa lainnya, model transportasi yang digunakan, jarak yang harus ditempuh, dll. Gambaran ini akan membuat sekolah lebih sigap atas kondisi warga sekolah secara keseluruhan, khususnya para siswa.

Demikian banyak sisi yang perlu dicermati, diluar proses belajar itu sendiri maka semua pihak terlebih pemerintah benar-benar harus membantu sekolah melaksanakan semua peran ini. Jangan ada satu kasus pun muncul dari cluster sekolah, hanya karena kita mengirim anak-anak ke sekolah. Bisa jadi ini pula yang menjadi harapan para orang tua yang telah rela mengirimkan anak-anaknya kembali ke sekolah.
Selamat bersekolah!
Tip dan trik belajar tatap muka tahun 2021
Post Your Thoughts