Waspadai komplikasi jangka panjang diabetes melitus di tingkat mikrovaskular itu penting. Prosesnya komplikasi ini diawali dengan diawali dengan jumlah reseptor insulin di permukaan sel berkurang , maka glukosa yang dapat masuk ke dalam sel berkurang. Sel akan kekurangan sumber energi untuk metabolisme.
Sementara glukosa bertahan di pembuluh darah sehingga timbul kadar glukosa yang tinggi di dalam darah, sementara kadar insulin nomal atau meningkat.
Kadar glukosa yang meningkat disebut sebagai hiperglikemia. DIsebut sebagai kadar gula darah yang tinggi jika kadarnya melebihi takaran gula normal berikut ini:
- Kadar gula darah puasa normal 80-90 mg/100 ml darah
- Kadar gula darah tidak puasa 140-160 mg/100 ml darah
Jika glukosa yang masuk dalam sel berkurang, maka sel membutuhkan sumber energi alternatif. Proses yang terjadi kemudian adalah:
- Glikolisis yaitu proses penguraian glikogen. Glikogen awalnya dibentuk dari glukosa sebagai cadangan, ketika jumlah glukosa berlebih. Sebagain besar glikogen disimpan di otot.
- Sumber energi lain diambil dari cadangan lemak tubuh, sehigga terjadilah proses mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak (lipolisis). Sumber protein dalam jaringan tubuh pun terurai. Kedua cadangan zat non karbohidrat ini menjadi sumber pembentukan glukosa bagi sel yang lapar, kekurangan glukosa. Proses ini dinamakan glukoneogenesis.
Keadaan hiperglikemia menyebabkan mudahkan terjadinya infeksi. Karena mikroorganisme patogen yang masuk dalam darah mendapatkan sumber nutrisi yang banyak. Untuk itu pasien diabetes memilki resiko mudah mengalami infeksi bakteri maupun jamur.
Hiperglikemia menyebabkan tekanan osmotik pada plasma darah (hiperosmolaritas). Tekanan osmosis adalah tekanan yang dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasi larutan pada zat cair. Pada penderita diabetes melitus terjadi hipersomolaritas karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah.
Kandungan glukosa yang tinggi ini menyebabkan mendorong ginjal melakukan proses filtrasi dan reabsorpsi yang melebihi ambang batasnya. Kelebihan ini menimbulkan gejala glukosuria, yaitu ditemukannya kandungan glukosa pada urin, karena glukosa dibuang dari proses penyaringan darah di ginjal yang berlebihan.
Ekskresi molekul glukosa yang bersifat aktif secara osmosis mengakibatkan kehilangan air dalam jumlah besar atau dikena diuresis osmotik, sehingga volume urin bertambah atau poliuri. Pada pasien diabetes akan muncul keluhan sering kencing.
Sebagai respon dari ekskresi urin yang banyak maka terjadilah dehidrasi ekternal. Karena urin yang keluar akan mengurangi jumlah cairan tubuh ekternal. Termasuk yang berada dalam pembuluh darah atau pun jaringan. Dehindrasi ekternal berpengaruh kepada keadaan sel, sehingga terjadi pula proses dehidrasi internal. Karena pada kondisi dehidrasi ekternal , cairan intrasel akan berdifusi keluar mengikuti penurunan gradien konsentrasi plasma yang hipertonik (pekat). Dehidrasi internal merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
Proses liposisi atau penguraian lemak cadangan akan meningkatkan jumlah asam lemak bebas, trigliserida dan gliserida dalam sirkulasi darah. Komponen ini sebabagi bahan untuk hati melakukan ketogenesis, yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas. Adanya proses ketogenenesis menyebabkan peningkatan kadar asam organik atau keton.
Glukosa yang tidak dapat masuk ke sel dalam jumlah yang cukup menyebabkan sel mengalami kondisi kelaparan (stravasi sel). Selain menyebabkan lipolisis, tubuh melakukan adaptasi terhadap kondisi ini yaitu dengan munculnya rasa lapar (polifagi). Tubuh juga akan mengalami kelemahan karena adanya penurunan produksi energi untuk aktivitas secara keseluruhan.
Sederetan proses diatas yang terjadi pada proses patofisiologi diabetes melitus memunculkan komplikasi lanjutan secara mirovaskular dan makrovaskular.
Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi oleh adanya proses penebalan pada membaran badal pembuluh darah kapiler. Penebalan ini berhubungan dengan kandungan glukosa yang berlebihan dalam darah.
Penebalan mikrovaskular menyebabkan terjadinya iskemi dan menghambat distribusi oksigen dan nutrisi ke sel dan jaringan.
Selain itu terjadi juga proses Hb terglikolisasi yang memiliki afinitas terhadap oksigen lebih tinggi sehingga oksiden akan terikat lebih erat ke molekul Hb. Semakin sulit dilepaskan oksigen ke sel atau jaringan. Akhirnya ketersediaan oksigen di sel dan jaringan semakin berkurang.
Muncul kemudian proses hipoksia kronis dan jantung dipaksa untuk memompa agar curahan jantung lebih tinggi, untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dan nutrisi di tingkat sel dan jaringan tubuh.
Sirkulasi mikrovaskular yang buruk mengakibatkan respon imun dan reaksi inflamasi pun terganggu. Kedua proses ini membutuhkan perfusi jaringan yang baik untuk mengirimkan sel-sel imun dan berbagai mediator inflamasi.
Organ seperti ginjal, retina mata, termasuk sistem saraf perifer (neuron sensorik, motorik dan somatik) mengalami gangguan mikrovaskular ini. Gangguan mikrovaskular memunculkan kerusakan sel dan jaringan secara bertahap.
Waspadai komplikasi jangka panjang diabetes melitus di tingkat mikrovaskular pada semua penderita diabetes melitus.
Simak artikel menarik lainnya
Post Your Thoughts