Penulis: Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag
Antara munajah dan do’a. “Ya Allah, aku berlindung dari adzab-Mu dengan lautan ampunan-Mu, aku berlindung dari murka-Mu dengan ridha-Mu, aku berlindung dari-Mu dengan-Mu. Aku tak kuasa menghitung puji syukurku kepada-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri”.
Demikian munajah yg diucapkan Rasulullah dalam sujudnya, begitu beliau menerima titah Allah untuk bersujud dan semakin mendekat kepada-Nya.
Apa makna munajah itu sebetulnya? Samakah munajah dengan do’a? Beberapa ulama mengatakan bahwa munajah, sama dengan do’a, hanya saja dalam do’a itu, seorang hamba, terang-terangan memohon kepada Allah SWT, sementara munajah, merupakan “curhat” pribadi, sehingga hati menjadi tenang dan terhibur. Karena itu, munajah sebenarnya merupakan jejak jejak ruhani para kekasih Allah.

Munajah lebih khusus dibanding do’a, karena munajah dipanjatkan dari hati sanubari yang paling dalam, berharap Allah berkenan menolong hamba-Nya untuk mengatasi segala masalah yang dihadapinya. Hakikat munajah adalah pengakuan tentang kekurangan, kelemahan dan kesalahan hamba kepada Kholiqnya.
Munajah dipanjatkan sebagai “curhat” pribadi, apakah itu rasa sedih, resah, gelisah, takut, waswas, dukacita dan permasalahan pribadi lainnya, semua dapat ditumpahkan melalui munajah. Seorang hamba mengungkapkan perasaan, mengekspresikan kekaguman dan memanjatkan pujian kepada Allah SWT melalui munajah.
Seorang hamba mengakui dengan tulus, bahwa Allah itu Maha Baik, Maha Pengasih dan Penyayang, dan Maha Segalanya. Sementara manusia, adalah makhluk yang lemah, sangat kecil dan tak berdaya dihadapan-Nya. Oleh karena itu, kita bermunajah kepada-Nya, sebagaimana dituntunkan al-Qur’an dalam surat al-A’raf ayat 23 : ” Ya Tuhan kami, kami telah aniaya terhadap diri kami sendiri (dengan dosa-dosa yg kami lakukan). Jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, niscaya kami termasuk orang orang yg merugi.
Di tengah era pandemi Covid-19 yg semakin mencekam ini, kita bermunajah kehadirat Allah SWT: Ya Allah yang Maha Kuasa, betapa tak kuasanya kami manusia, menghadapi apa yang sudah menjadi kehendak-Mu, apakah itu merupakan peringatan buat kami, pembelajaran buat kami, penyadaran buat kami, agar kami sadar sesadar-sadarnya, bahwa kami ini lemah. Apalah artinya hamba di hadapan kebesaran-Mu, maka dengan kemurahan-Mu, kami berharap ma’af-Mu, ampunan-Mu, pertolongan-Mu, kasih sayang-Mu, dan dengan kebesaran-Mu, kami dijauhi dari petaka yg mematikan”.
Antara munajah dan do’a. Hikmah buat kami di tahun 2021 ini***
Post Your Thoughts