Kisah inspiratif belajar jarak jauh di masa pandemi Covid 19 di Korea Selatan bisa memberikan semangat buat kita untuk tetap berbagi. Dari laman bbc dot com diceritakan ada seorang laki-laki usia 45 tahun bernama Kim Tae-hong menjadi ayah dari 22 anak asal Korea Utara.
Entah bagaimana cara mereka berpindah dari Korea Utara ke Korea Selatan. Mereka hidup tanpa orang tua. Saat ini mereka harus melanjutkan hidupnya dengan bersekolah.

Memulai pendidikan baru di Korea Selatan menjadi tantangan baru. Usaha keras dimulai lagi. Kim Tae-hong membimbing mereka belajar di rumah di masa pandemi Covid 19 ini.
Suasana belajar dapat dilihat dari sebuah meja besar di ruangan lantai 2 rumahnya. Ini adalah arena belajar ke-22 anak asuhnya. Kesulitan teknis mereka alami dalam pembelajaran jarak jauh. Mulai dari susahnya masuk ke ruang kelas hingga adaptasi dengan perangkat digital yang digunakan.
Pengalaman Kim Tae-hong mengasuh anak-anak asal Korea Utara ini dimulai tahun 2012. Sebelumnya ia pernah bergabung sebagai relawan pada salah satu unit pemukiman di Seoul. Di tempat ini para pembelot dari Korea Utara ditampung. Mereka diberi pembekalan agar bisa hidup di Korea Selatan.
Setelah itu mulailah hidupnya sebagai ayah asuh bagi anak-anak Korea Utara yang hidup tanpa orang tua mereka. Hingga akhirnya ia putuskan untuk membuka unit pemukiman seperti rumah asuh bagi anak-anak. Rumah asuh ini lalu didaftarkan secara resmi di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.
Kesibukannya sebagai ayah yang mengasuh anak-anak sangat banyak. Hingga ia meninggalkan pekerjaannya. Di rumah ia menyiapkan berbagai keperluan anak-anak, mulai dari mencuci, membereskan rumah hingga memasak. Suasana rumah asuhnya layaknya seperti keluarga bahagia Korea Selatan.
Dengan rumah asuhnya ini, ia pun memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah dan perusahaan swasta di Korea Selatan. Namun saat ini ia mulai kembali mandiri dengan membuka usaha cafe.
Usaha Kim Tae-hong mengasuh 22 anak ini tidak selalu berjalan mulus. Sebagian warga Korea Selatan masih ada yang menaruh curiga bahwa anak-anak asuhnya yang asli Korea Utara dianggap sebagai mata-mata. Mereka memusuhi anak-anak ini dan dianggap manusia yang rendah. Ia kadang sedih merasakan perlakukan ini. Kim Tae-hong sempat berpindah rumah untuk menyelamatkan anak-anak asuhnya.
Besarnya tantangan yang dihadapi Kim Tae-hong tidak menyurutkan harapannya bagi anak-anak asuhnya yang kesemuanya laki-laki. Ia yakin bahwa anak-anak ini memiliki kesempatan untuk meraih sukses di Korea Selatan.

Anak asuhnya yang pertama sudah hidup mandiri sebagai mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas di Korea Selatan. Jejak ini akan diikuti oleh anak-anak asuhnya yang lain.
Sebuah perjuangan yang sangat berarti buat anak-anak asuhnya. Semoga perjalanan panjang mereka mengarungi proses pendikan di Korea Selatan menjadi nyata. Sebuah kebanggan buat Kim Tae-hong.
Melihat kesibukan keluarga besar Kim Tae-hong dengan 22 anak laki-lakinya ini pantas menjadi contoh buat kita. Berbagi kasih sayang untuk anak-anak membuat mereka bisa memiliki masa depan. Faktanya masih banyak anak-anak di dunia yang nasibnya tidak seberutung mereka.
Kisah inspiratif belajar jarak jauh di masa pandemi Covid 19 di Korea Selatan.***
Sumber: This South Korean man is raising 10 North Korean kids (YT dan bbc dot com)
Post Your Thoughts