Cerita drama korea romantis dan angka perceraian. Potret Keluarga korea adalah ide utama dalam banyak kisah cinta drama keluarga korea. Cerita amat menyentuh, mengggugah sekaligus menggelitik. Gambaran keluarga dengan anak-anak yang selalu mematuhi orang tua mereka, sekompleks apapun permasalahan yang mengepung mereka. Kisah pasangan suami istri yang damai atau berpisah tetap menyimpan cinta di hati mereka. Tak lupa Jalinan asmara pasangan belia yang memimpikan cinta dalam ikatan yang kuat sebagai keluarga.

Kisah keluarga dalam alur cerita drama ini sangat khas mengungkap kekuatan nilai keluarga dalam kultur masyarakat Korea Selatan. Negara ini sedang beranjak menapaki kemajuan dunia, namun sentuhan ketimuran dan keluarga menjadi nilai yang ingin selalu mereka pertahankan. Sekalipun tantangan zamannya sedikit demi sedikit menggerus konsep keluarga traditional mereka.
Sesulit apapun tantangan dan kondisi yang terjadi, kisah keluarga dalam drama Korea selalu dibawa pada harapan untuk menyatu. Indahnya keluarga menjadi mimpi-mimpi yang akan tersimpan dalam alam bawah sadar kita. Sebuah pesan luhur dari kultur yang terbangun lama dalam sejarah Korea.
Kondisi sosial bersinggungan dengan perkembangan dunia modern yang semakin individualis dan liberal menjadi tantangan tersendiri di negara ini. Fakta meningkatnya angka perceraian pasangan merangkak naik hingga lebih dari 3 kali lipat dari tahun 1990-an hingga 2003. Angka perceraian naik tajam dari 1 per 1000 pasangan menjadi 3,5 per 1000 pasangan. Angka perceraian ini sudah menyamaian negara-negara Eropa.

Angka perceraian berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan. Pasangan dengan tingkat pendidikan tinggi jauh lebih sedikit dibanding dengan pendidikan lebih rendah. Diperkirakan angka perceraian lebih rendah pada pasangan dengan pendidikan tinggi ini cenderung dipengaruhi oleh pilihan hidup untuk mandiri dan hidup melajang. Usia rata-rata saat menikah bagi pasangan muda juga kian bertambah mencapai usia 30-tahunan.
Angka perceraian sangat bertolak belakang dengan semangat masyarakat Korea untuk tetap mempertahankan keutuhan nilai “keluarga traditional.” Struktur traditional Korea menempatkan wanita dalam keterlibatan domestik untuk memelihara keluarga dan mengasuh anak-anak mereka. Para pria bertanggungjawab penuh untuk bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga. Untuk itu partisipasi pria dalam pekerjaa rumah tangga sangat rendah.
Angka perceraian yang tinggi ditandai dengan beban biaya ekonomi dan sosial sebuah perceraian sangat mahal. Sangsi sosial akan dirasakan oleh pasangan yang bercerai, terutama bagi wanita. Beban ekonomi sesudah bercerai bagi single-parent tidaklah mudah. Ketersediaan dana publik bagi single-parent untuk membantu keluarga ini juga terbatas. Sementara dunia kerja sangat kompetitif, sehingga tidak mudah bagi wanita yang sudah melepaskan karirnya demi keluarga untuk kembali ke dunia kerja.

Drama Romance is A Bonus Book mengungkapkan cerita seorang single-parent yang berjuang kembali ke dunia kerja, sekalipun sebelumnya ia pernah mempunya karir cemerlang. Perceraian tidak memberinya pilihan kecuali bekerja.
Ikatan keluarga traditional dalam struktur keluarga besar menjadi terpecah karena perceraian. Kondisi ini bisa menjadi tragedi bagi anak-anak. Mereka akan terabaikan dalam kondisi ekonomi keluarga yang juga terpuruk tanpa bantuan keluarga besar mereka.

Apakah angka perceraian ini menandakan anak-anak muda Korea berada dalam pilihan yang dilematis? Berada dalam pilihan antara mempertahankan nilai keluarga ideal ataukah mengalah pada desakan kemajuan yang menggerus hidup mereka.
Cerita drama korea romantis dan angka perceraian.***
Sumber: Divorce in Korea: Trends and Educational Differentials, Hyunjoon Park & James W. Raymo (2013)
Post Your Thoughts