Kisah pasangan pasutri penemu vaksin Covid-19 dari Pfizer. Menjadi pasangan hidup yang penuh romantika dan dapat dikisahkan bak legenda bukan hanya milik drama Korea. Di dunia penelitian yang kaku dan keras pun cerita romantika bisa tercipta. Perjalanan hidup pasangan peneliti ini adalah sebuah realita cinta.

Mereka adalah Professor Ugur Sahin dan istrinya, dr. Ozlem Tureci. Keduanya adalah pasangan peneliti penemu vaksin Covid-19 dari BioNTech yang kemudian diproduksi oleh Pfizer. Sebagai peneliti sudah menjadi kebiasaan mereka melakukan berbagai eksperimen baru untuk menemukan jawaban bagi berbagai persoalan kesehatan. Termasuk eksperimen untuk memunculkan kandidat vaksin baru.
Keduanya tidak pernah membayangkan bahwa kandidat vaksin dalam ruang kerja mereka menjadi saham kebaikan untuk ummat manusia dalam pandemi global saat ini. BioNTech adalah perusahaan rintisan bioteknologi yang mereka bangun sejak 2 tahun lalu.
Eksperimen kandidat vaksin Covid-19 baru dimulai di laboratorium BioNTech di bulan Januari 2020 lalu, ketika Professor Ugur Sahin membaca literatur dari jurnal medis “The Lancet”. Ia kemudian berpikir bahwa kandidat vaksin Covid-19 akan menjadi penyelamat manusia, terlebih melihat kecepatan penyebarannya yang sangat dahsyat.

Ia bersama istinya berjibaku menyelesaikan rangkaian penelitian ini. Professor Ugur Sahin yakin bahwa penemuan kandidat vaksin bisa menjadi awal dari akhir era pandemi global Covid-19. Penyelesaian kandidat vaksin ini sangat cepat. Seolah keduanya sedang melaju dalam ruang waktu bersama musuh yang ganas, virus Covid-19. Alur ceritanya seperti kisah “science fiction” yang mendebarkan.
Professor Ugur Sahin mengakui bahwa ia dan istrinya menyelesaikan kandidat vaksin Covid-19 bukan lagi sebagai tugas penelitian, tetapi sebagai kewajibannya untuk menyelamatkan ummat manusia. Ia membayangkan jika keduanya menjadi orang pertama yang menemukan vaksin, maka dunia dapat diselamatkan.

Sosok Professor Ugur Sahin dan istinya dr. Ozlem Tureci adalah dokter-dokter yang lahir dari keluarga keturunan Turki dan berkewarganegaraan Jerman. Mereka berasal dari keluarga Turki yang berpindah ke Jerman dan besar serta menempuh pendidikan di negara ini.
Kehidupan mereka sangat bersahaja dan sederhana. Buktinya pada saat mereka berdua menikah, tidak ada prosesi kemegahan sebuah pesta. Mereka berdua kembali ke laboratorium kerjanya segera setelah upacara pernikahan selesai.
Karir Professor Ugur Sahin dan istinya dr. Ozlem Tureci dimulai di dunia pendidikan. Mereka juga aktif dalam penelitian di laboratorium kedokteran, diantaranya Laboratorium Ropf Zinkernagel Jerman. Di tahun 2001 keduanya mulai mendirikan institusi penelitian secara mandiri, lewat Ganymed Pharmaceuticals. Mereka fokus mengembangkan kandidat obat untuk terapi kanker.

Pada tahun-tahun berikutnya, keduanya mengembangkan lagi BioNTech dengan tujuan mencari kandidat obat kanker dengan teknologi maju. Salah satu pilihannya dengan menggunakan messenger RNA. Mereka mempunyai mimpi membangun industri farmasi terbesar dunia di Eropa.
Entah apa yang ada dalam memori otak mereka. Mungkin didalamnya tersimpan kegairahan, semangat, dan keindahan inovasi di tengah kemegahan ilmu dan teknologi saat ini. Seolah ditengah kecintaan mereka sebagai pasangan selalu ada titik temu untuk memecahkan persoalan dunia dengan tangan-tangan cantik yang penuh intuisi.
Sejak tahun 2018 Professor Ugur Sahin dengan BioNTech menjalin kerjasama dengan Pfizer. Kandidat vaksin Covid-19 terbaik yang dihasilkan segera disambut baik oleh Pfizer. Sejak itu Pfizer mendapat limpahan pesanan vaksin dari seluruh dunia. Prestasi ini menyebabkan saham Pfizerpun meningkat di pasar saham dunia.

BioNTech menjadi perusahaan rintisan yang maju dan berkembang pesat dengan 1.800 pegawainnya. Perusahaan ini berkantor pusat di Berlin dan beberapa cabang di kota-kota besar negara Eropa. Professor Ugur Sahin dan istinya tetap saja hidup sederhana di apartemen mereka, yang terletak dekat laboratorium. Mereka selalu bersepeda untuk berangkat kerja. Uniknya lagi mereka tidak memiliki mobil.
Sulit rasanya membayangkan kehidupan pasangan ini. Prestasi kerja, cinta dan prinsip hidupnya membuat kita perlu berkaca. Entah cerita romantika seperti apa yang ada dibalik dinding laboratoriumnya, jika kita ingin merekamnya menjadi kisah drama.
Kisah pasangan pasutri penemu vaksin Covid-19 dari Pfizer.***
Post Your Thoughts